PENGARUH
KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBELIAN DAN KONSUMSI
Nama
: Zefanya Putri Listoro
NPM
: 17211727
Dosen
: Tomy Adi Sumarso , SE
Mata
Kuliah : PERILAKU KONSUMEN
FAKULTAS
MANAJEMEN EKONOMI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2014
PENGARUH
KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBELIAN DAN KONSUMSI
1. Definisi
Budaya adalah suatu cara hidup
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang
yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya
turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar
dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang
mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat
dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang
dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya
sendiri. ”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam
berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan
individu dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya
yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman
mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang
dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa
bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang
menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas
seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
2. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau
akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
LatinColere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
“kultur” dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya nilai-nilai,
keyakinan-keyakinan, aturan-aturan dan norma-norma yang melingkupi suatu
kelompok masyarakat akan mempengaruhi sikap dan tindakan individu dalam
masyarakat tersebut.sikap dan tndakan individu dalam suatu masyarakat dalam
beberapa hal yang berkaitan dengan nilai, keyakinan aturan dan norma akan
menimbulkan sikap dan tindakan yang cenderung homogen. Artinya, jika setiap
indvidu mengacu pada nilai, keyakinan, aturan dan norma kelompok, maka sikap dan
prilaku mereka akan cenderung seragam. Misalnya dalam suatu masyarakat
adaaturan mengenai bagaimana melakukan pernikahan sehingga laki-laki dan
perempuan dapat dipisahkan sebagai suami istri. Ketika anggota mayarakat akan
menikah, maka proses yang dilalui oleh anggota masyarakat itu akan cenderung
sama dengan anggota masyarakatyang lainnya.
Menurut” Wallendorf & Reilly dalam Mowen :1995”. Budaya adalah seperangkat pola perilaku yang secara sosial dialirkan secara simbolis melalui bahasa dan cara-cara lain pada anngota dari masyarakat tertentu.
Definisi di atas menunjukkan bahwa budaya merupakan cara menjalani hidup dari suatu masyarakat yang di transmisikan pada anggota masyarakat dari generasi ke generasi berikutnya.
Menurut” Wallendorf & Reilly dalam Mowen :1995”. Budaya adalah seperangkat pola perilaku yang secara sosial dialirkan secara simbolis melalui bahasa dan cara-cara lain pada anngota dari masyarakat tertentu.
Definisi di atas menunjukkan bahwa budaya merupakan cara menjalani hidup dari suatu masyarakat yang di transmisikan pada anggota masyarakat dari generasi ke generasi berikutnya.
Kebudayaan sangat erat
hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski
mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk
pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan
sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain,
yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan
mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan
serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan
lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut,
dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan
memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
Budaya konsumsi merupakan bentuk
dari hubungan antara budaya dan konsumsi. Dimana hubungan tersebut saling
pengaruh mempengaruhi, yaitu budaya dapat mempengaruhi konsumsi, juga
sebaliknya, konsumsi dapat mempengaruhi budaya.
Pengaruh budaya terhadap pola
konsumsi, James F. Engel, Roger D. Blackwell dan Paul W. Miniard (1994) dalam
bukunya yang berjudul perilaku Konsumen membagi 3 jenis pengaruh budaya
terhadap pola konsumsi.
·
Pengaruh Budaya Terhadap Struktur
Konsumsi.
Budaya dapat mempengaruhi
struktur konsumsi, karena adanya larangan, hukuman, tekanan, ataupun paksaan
dari budaya tersebut untuk mempengaruhi pola dan bentuk yang terorganisir dari
individu dan masyarakat dalam berbagai cara dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Komponen budaya sendiri dapat berupa agama dan kepercayaan, sistem hukum, dan
adat istiadat. Pengaruh budaya terhadap konsumsi dapat di lihat pada perilaku
individu dan masyarakat dalam berkonsumsi, senantiasa di sesuaikan dengan
tuntunan budaya yang di anut.Contohnya :
Seorang muslim diharamkan
mengkonsumsi minuman beralkohol, memakan daging babi, berjudi, berzinah, dll,
dikarenakan keyakinannya, bahwa hal tersebut dilarang oleh agama. Jika masih
mengkonsumsi atau melakukan perbuatan yang di larang oleh agama, maka akan
mendapatkan dosa.
·
Pengaruh Budaya Terhadap Pemaknaan
Sebuah Produk.
Budaya menuntun individu dan
masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan maupun keinginan terhadap barang dan
jasa. Tuntunan budaya tersebut dapat berupa nilai ataupun norma. Dalam
tiap-tiap kebudayaan, terdapat ciri khas masing–masing yang membawa pemaknaan
terhadap suatu produk.Contohnya :
Tuntunan budaya berupa nilai :
dalam hal kuliner sayur asam, ikan asin, atau lalapan. Orang akan
memaknai produk tersebut kulinernya orang sunda. Tuntunan budaya berupa norma :
labelisasi Halal pada setiap produk yang dapat di konsumsi oleh umat Islam, yang
di keluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia.
·
Pengaruh Budaya Terhadap
Pengambilan Keputusan Individu.
Individu dalam mengambil
keputusan untuk berkonsumsi, tidak dapat dipisahkan dari pengaruh budaya. Di
antaranya di pengaruhi nilai dan norma. Di dalam masyarakat terdapat
ide/gagasan mengenai, apakah suatu pengalaman berharga, tidak berharga,
bernilai, tidak bernilai, pantas atau tidak. Inilah yang di artikan sebagai
nilai. Sedangkan norma sendiri dimaknai sebagai peraturan yang ditetapkan
secara bersama-sama, yang menuntun perilaku seseorang dalam mengambil
keputusan.Contohnya :
Pengambilan keputusan yang di
pengaruhi oleh nilai : Kegiatan amal yang di lakukan individu, dengan
menyantuni semua anak yatim dalam suatu panti, merupakan tindakan yang
bernilai, yang akan memperoleh pahala dan kebajikan bagi dirinya. Tetapi tidak
bagi individu lain, karena dianggap hal itu merupakan pemborosan. Pengambilan
keputusan yang di pengaruhi oleh norma : Di daerah Padang, di haruskan bagi
para siswa sekolah untuk bisa membaca Al-Qur’an. Namun tidak bagi daerah di
Papua.
Pola perilaku konsumen dalam
melakukan suatu tindakan atau aktivitas yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi, menggunakan dan menghabiskan barang-barang dan jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakannya, atau
desebut juga pola konsumsi, dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan
faktor-faktor eksternal.
Berikut uraian bagaimana
faktor-faktor mempengaruhi pola kegiatan dalam konsumsi tersebut.
Faktor Internal
Faktor internal dalam
mempengaruhi pola kegiatan konsumsi, merupakan Faktor-faktor yang berasal dari
dalam individu atau yang melekat pada diri individu , yang mempengaruhi
seseorang dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitas yang langsung terlibat
dalam mendapatkan, mengkonsumsi, menggunakan dan menghabiskan barang-barang dan
jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.
Ø Faktor-faktor internal tersebut
antara lain :
1. Sumber Daya Konsumen.Sumber daya
konsumen sendiri menurut Engel diidentifikasikan menjadi 3 sumber daya yang
dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Terdiri dari ;
2. Sumber Daya Ekonomi, yaitu sumber
daya yang berkaitan dengan kemampuan ekonomi seseorang, yang di miliki atau
akan dimiliki di masa akan datang.
3. Sumber Daya Temporal
merupakan sumber daya waktu yang dimiliki oleh setiap orang.
4. Sumber Daya Kognitif, yaitu suatu
kapasitas mental yang tersedia untuk menjalankan berbagai kegiatan pengolahan
informasi.
Motivasi.
Motivasi diartikan sebagai proses
dimana perilaku diarahkan tujuannya, diberi energi, dan diaktifkan untuk
mencapai keadaan seperti yang diinginkannya. Variabel sentral dalam motivasi
yang dipandang secara tradisional, disebut Motif. Dalam berkonsumsi, perilaku
yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan motif atau kebutuhan. Pengaktifan
motif sendiri lahir ketika merasa ada ketidakcocokan yang memadai atas keadaan
aktual dengan keadaan yang diinginkannya atau disukainya. Akumulasi dari
ketidakcocokan yang terus meningkat mengakibatkan lahirnya suatu kegairahan,
yang di kenal sebagai Dorongan (drive). Semakin kuat dorongan tersebut, semakin
urgensi kebutuhan yang dirasakannya.
Pengetahuan.
Pengetahuan dipahami sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan.
Pengetahuan konsumen terdiri dari 3 bidang pengetahuan. Yaitu :
1. Pengetahuan Produk (Product
Knowledge), yaitu pengetahuan yang meliputi kesadaran akan kategori dan merek
produk didalam kategori produk, terminologi produk, atribut atau ciri
produk, serta kepercayaan tentang kategori produk secara umum, dan mengenai
merek secara spesifik.
2. Pengetahuan Pembelian (Purchase
Knowledge), yaitu berbagai informasi yang dipunyai konsumen dalam kaitannya
dengan perolehan produk.
3. Pengetahuan Pemakaian (Usage
Knowledge), yaitu informasi yang tersedia dalam ingatan yang berkaitan dengan
bagaimana suatu produk dapat digunakan, dan apa yang dibutuhkan agar suatu
produk dapat digunakan atau difungsikan.
Sikap.
Sikap didefinisikan sebagai suatu
evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang melakukan respons dengan cara
menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek
atau alternatif yang diberikan. Evaluasi tersebut mencakup keseluruhan
rentangan dua kutub ekstrim penilaian, yaitu dari kutub yang sangat positif
sampai ke kutub yang sangat negatif. Sikap sendiri bersifat dinamis, sehingga
memungkinkan mengalami perubahan dalam mengambil sikap seiring berjalannya
waktu. Sikap juga dapat menjadi peramal bagi suatu perilaku, jika faktor-faktor
yang mempengaruhi hubungan antara sikap dan perilaku diikutkan dalam
menjelaskan hubungan tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain tindakan,
waktu, konteks, interval waktu, pengalaman, dan pengaruh sosial.
Kepribadian.
Kepribadian menurut Yinger,
merupakan Keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem
kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi. Adapun
kepribadian seseorang dalam perkembangannya dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti ;
Warisan Biologis, dimana
setiap individu memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan orang
lain, yang dibawa dari genetika setiap individu itu sendiri.Lingkungan Fisik, dimana
perbedaan kepribadian yang dimiliki individu dikarenakan terdapat perbedaan
dari lingkungan fisik tempat ia tinggal, seperti iklim, topografi, dan sumber
daya alam.
Kebudayaan, memiliki andil yang
cukup besar mencetak kepribadian seseorang dalam lingkupnya sebagai anggota
masyarakat.
Pengalaman Kelompok, yaitu
pengalaman yang diperoleh dari kehidupannya bersama dalam kelompok.Pengalaman
Unik. Setiap individu memiliki pengalaman uniknya masing-masing yang membuatnya
berbeda dari individu lainnya, yang membawa pengaruh dan pemaknaan yang berbeda
pula dari individu lainnya.
Faktor Eksternal
Faktor
eksternal dalam mempengaruhi pola kegiatan konsumsi, merupakan Faktor-faktor
yang berasal dari luar individu, yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan
suatu tindakan atau aktivitas yang langsung terlibat dalam mendapatkan,
mengkonsumsi, menggunakan dan menghabiskan barang-barang dan jasa, termasuk
proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.
Ø Faktor-faktor eksternal tersebut
antara lain :
1.
Nilai-Nilai
Budaya dan Etnis.
Merupakan nilai-nilai budaya yang
tumbuh dan berkembang pada sejumlah orang yang memiliki persamaan ras, agama,
lokasi geografis, dan warisan budaya yang membedakan mereka dengan kelompok
lainnya. Melalui kebiasaan, cita rasa, ide, tata cara, norma dan tata
kelakuannya.
2.
Kelas
Sosial dan Kelompok Status.
Kelas Sosial merujuk pada
semua orang yang memiliki kesempatan hidup yang sama dalam bidang ekonomi.Kelompok
Status merujuk pada kesamaan atas kehormatan dan prestise yang dimiliki, yang
dinyatakan dalam gaya hidup.Kelas Sosial dan Kelompok Status sebagai
stratifikasi sosial memiliki 9 variabel dalam mengkaji persoalan tersebut. Dari
aspek ekonomi antara lain variabel pekerjaan, pendapatan dan kekayaan. Dari
aspek sosial meliputi variabel prestise pribadi, asosiasi, dan sosialisasi.
Sedangkan dari aspek politik meliputi variabel kekuasaan, kesadaran kelas, dan
mobilitas.
3.
Kelompok
Sosial,
Kelompok sosial dapat
mempengaruhi perilaku konsumsi seseorang dikarenakan pengaruh yang signifikan
dari kelompok acuan (reference group) yang menjadi rujukan dalam berfikir,
bertindak, merasa dan berperilaku seseorang dalam melakukan konsumsi. Terdapat
3 cara dasar dari kelompok acuan (reference group) yang mempengaruhi perilaku
konsumen dalam melakukan konsumsi, antara lain : Pengaruh Normatif, Pengaruh
Nilai–Ekspresif, dan Pengaruh Informasi.
4.
Keluarga
dan Rumah Tangga,
Beberapa variabel yang dapat
mempengaruhi rumah tangga / keluarga dalam melakukan konsumsi, termasuk
melakukan pembelian produk, antara lain : Usia Kepala Rumah Tangga, Status
Pekerjaan, Status Perkawinan, dan Kehadiran Anak. Sedangkan variabel dalam
mempengaruhi proses pengambilan keputusan untuk melakukan konsumsi dalam suatu
rumah tangga / keluarga, antara lain : Kohesi, Kemampuan Beradaptasi Keluarga,
dan Komunikasi.
Pengaruh Situasi,
Pengaruh situasi merupakan
pengaruh yang timbul dari faktor yang khusus untuk waktu dan tempat yang
spesifik, yang lepas dari karakteristik konsumen dan karakteristik objek.
Karakteristik-karakteristik situasi konsumen tersebut antara lain : Lingkungan
Fisik, Lingkungan Sosial, Waktu, Tugas, dan Keadaan Anteseden. Sedangkan jenis
situasi konsumen sendiri dibagi kedalam 3 jenis kemungkinan dalam pengaruhnya
terhadap perilaku orang dalam berkonsumsi, antara lain : Situasi Konsumsi,
Situasi Pembelian, dan Situasi Pemakaian.
3.
pembentukan nilai-nilai sosial yang di anut
Nilai sosial adalah nilai yang
dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang
dianggap buruk oleh masyarakat. Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan
baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal
ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran
apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan
tata nilai .
Ciri-ciri pembentukan nilai-nilai
sosial yang di anut :
·
Merupakan
konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antar warga masyarakat.
·
Disebarkan
di antara warga masyarakat (bukan bawaan lahir).
·
Terbentuk
melalui sosialisasi (proses belajar)
·
Merupakan
bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
·
Bervariasi
antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Dapat
memengaruhi pengembangan diri sosial
·
Memiliki
pengaruh yang berbeda antar warga masyarakat.
·
Cenderung
berkaitan satu sama lain.
Berdasarkan ciri-cirinya, nilai
sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu nilai dominan dan nilai mendarah
daging (internalized value).
4. Struktur
Konsumsi
Secara matematis
struktur konsumsi yaitu menjelaskan bagaimana harga beragam sebagai hasil dari
keseimbangan antara ketersediaan produk pada tiap harga (penawaran) dengan
kebijakan distribusi dan keinginan dari mereka dengan kekuatan pembelian pada
tiap harga (permintaan). Grafik ini memperlihatkan sebuah pergeseran ke kanan
dalam permintaan dari D1 ke D2bersama dengan peningkatan harga dan jumlah yang
diperlukan untuk mencapai sebuah titik keseimbangan (equibilirium) dalam kurva
penawaran (S).
5.
Dampak Nilai Nilai Inti Terhadap Pemasaran
·
Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi
pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari
rasa kehilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks.
Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena bukan hanya fisik (makanan, pakaian,
perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi,
penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen,
bila tidak puas konsumen akan mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan
kebutuhan tersebut.
·
Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang
dihasilkan oleh budaya dan kepribadian individual dinamakan keinginan.
Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka
atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat
yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada
keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang
bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menembus
keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya.
Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan lapar tersebut
tergantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya. Orang Yogya akan memenuhi
kebutuhan makannya dengan gudeg, orang Jepang akan memuaskan keinginannya
dengan makanan sukayaki dll.
·
Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan
serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan
permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga
muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan manusia akan produk spesifik yang
didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
6.
Perubahan Nilai
Budaya juga perlu mengalami
perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya perluasan perubahan budaya
yaitu :
·
Budaya
merupakan konsep yang meliputi banyak hal atau luas. Hal tersebut termasuk
segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika
budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis
seperti lapar, hal tersebut berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan ini
akan memberi kepuasan.
·
Budaya
adalah hal yang diperoleh. Namun tidak memaksudkan mewarisi respon dan
kecenderungan. Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia tersebut.
·
Kerumitan
dari masyarakat modern yang merupakan kebenaran budaya yang jarang memberikan
ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.
Variasi
nilai perubahan dalam nilai budaya terhadap pembelian dan konsumsi
Nilai budaya memberikan dampak
yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan kedalam
kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai lainnya yaitu
merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok
dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek
pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen
akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak
akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang
individual”. Dan begitu juga pada budaya yang individualistik. Sifat dasar dari
nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua,
meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan
perbedaan/keseragaman.
Individual/kolektif
Budaya individualis terdapat pada
budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan Swedia. Sedangkan
Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih kolektifis
dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya,
dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan,
konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka
pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi.
Seperti contoh, konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk
menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka
dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti ”
be your self” dan “stand out”, mungkin lebih efektif di negara amerika tapi
secara umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina.
Usia
muda/tua
Dalam hal ini apakah dalam budaya
pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda lebih berperan dibandingkan
dengan orang dewasa dalam pembelian. Dengan kata lain adalah melihat faktor
budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia. Seperti contoh
di Negara kepulauan Fiji, para orang tua memilih untuk menyenangkan anak mereka
dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan para orang tua di Amerika
yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka. Disamping itu, walaupun
Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi keluarga memiliki
lebih dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak merupakan “kaisar kecil”
bagi mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi. Dengan
kata lain, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih
berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya
melainkan juga pada budaya didalamnya.
Luas/batasan
keluarga
Yang dimaksud disini adalah
bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan penting bagi
anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua)
memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya.
Atau malah sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi
diri mereka sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwa pengaruh pembelian oleh
orang tua akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak. Seperti contoh pada
beberapa budaya yaitu seperti di Meksiko, sama halnya dengan Amerika, peran
orang dewasa sangat berpengaruh. Para orang tua lebih memiliki kecenderungan
dalam mengambil keputusan dalam membeli. Begitu juga para orang dewasa muda di
Thailand yang hidup sendiri diluar dari orang tua atau keluarga mereka. Tetapi
ketergantungan dalam membeli masih dipengaruhi oleh orang tua maupun keluarga
mereka. Yang lain halnya di India, sesuatu hal yang akan dibeli diputuskan
bersama-sama dalam satu keluarga yaitu seperti diskusi keluarga diantara
mereka.
Reverensi