PERILAKU KEORGANISASIAN
NAMA : Zefanya Putri Listoro
NPM : 17211727
KELAS: 2 EA27
Dosen :Bpk Nurhadi,SE,AK,MM
FAKULTAS MANAJEMEN EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
I.
Studi Tentang Organisasi
1.Alat untuk
mencapai tujuan
Organisasi adalah wadah serta
proses kerja sama sejumlah manusia yang terikat dalam hubungan formal dalam
rangkaian hirarki untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Organisasi
bukanlah tujuan tetapi alat untuk mencapai tujuan. Sebagai bagian dari administrasi,
organisasi adalah merupakan wadah dimana kegiatan management dijalankan. Karena
itu tujuan dari organisasi adalah juga merupakan tujuan management.
Dalam usaha mencapai tujuan
keorganisasian, management memiliki peran agar proses pencapaian tujuan
tersebut dapat berlangsung secara efektif (berdaya guna) dan efisien (berhasil
guna). Dengan menerapkan prinsip-prinsip management seperti planning,
organizing, actuating, controlling dan lain sebagainya tujuan organisasi dapat
diupayakan untuk dicapai dengan lebih baik.
Management memberi efektifitas
dan efisiensi kerja yang lebih baik bagi suatu organisasi dalam mencapai tujuan
organisasi. Dalam mencapai tujuan tersebut, management memanfaatkan sumber daya
yang tersedia atau berpotensi.
CIRI-CIRI
ORGANISASI
Adapun
ciri-ciri dari organisasi adalah :
-
Adanya komponen ( atasan dan bawahan)
-
Adanya kerja sama (cooperative yang berstruktur dari sekelompok orang)
-
Adanya tujuan
-
Adanya sasaran
-
Adanya keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati
-
Adanya pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas
2. Definisi
perilaku organisasi
Perilaku Organisasi adalah suatu
disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana seharusnya perilaku tingkat individu,
tingkat kelompok, serta dampaknya terhadap kinerja (baik kinerja individual,
kelompok, maupun organisasi).
Perilaku organisasi juga dikenal
sebagai Studi tentang organisasi. Studi ini adalah sebuah bidang telaah
akademik khusus yang mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode
dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi dan psikologi.
Disiplin-disiplin lain yang terkait dengan studi ini adalah studi tentang
Sumber daya manusia dan psikologi industri serta perilaku organisasi.
Dalam
perilaku organisasi di dalamnya terdapat tiga dimensi yang berkaitan yaitu ;
a.
Dimensi
Konsep, Dimensi ini mencakup Ilmu pngetahuan, sosiologi, antropologi budaya dan
seluaruh elemen sosial yang mempengaruhi berdirinya ilmu pengetahuan yang
saling berkaitan.
b.
Dimensi
Sistem, Dimensi ini mencakup bagaimana proses manajemen yang dilakukan untuk
melakukan suatu kegiatan secara efektif dan efisien yang di kemas dengan
pendekatan-pendekatan matematis atau logika.
c.
Dimensi
Manusia, Dimensi iniadalah faktor penentu dalam organisasi yang tercermin dari
ilmu psikologi. karena, adanya organisai adalah adanya manusia.
Ketiga dimensi diatas mencakup
polosfi dasar lahirnya ilmu perilaku organisai yang terdiri dari mulitidisiplin
ilmu (Antroplogi Kultural, sOsiologi, psIkolOgi dan ManJemen) sehingga dengan
penedekatan ilmu-ilmu tersebut perolaku organisai dapat dibahas.dalam tatran
konsep ilmu ini membahas seluruh kegiatan organisai yang di dalamnya terdapat,
perilaku manusia, budaya, sosial dan sistem yang mendukung adanya organisasi
tersebut. sehingga antara manusia dan organisasi dapat saling mempengaruhi.
4.
Pendekatan Mengenai Fungsi Organisasi
Teori pertama yg memiliki
berkaitan dengan pendekatan ini adalah teori birokrasi yang diperkenalkan oleh
Max Weber, seorang teoritis terkenal sepanjang zaman. Ia mendefinisikan
organisasi sebagai sistem suatu aktivitas tertentu yang bertujuan dan
berkesinambungan.
Inti dari teori Weber mengenai
birokrasi adalah konsep mengenai kekuasaan, wewenang, dan litimasi. Menurut
Weber, kekuasaan adlah kemampuan seseorang dalam setiap hubungan social guna
mempengaruhi orang lain. Ia juga mengemukakan adanya tiga jenis kewenangan
(otoritas) yaitu :
a.
Kewenangan
tradisional terjadi ketika perintah atasan dirasakan sebagai suatu yg sudah
pantas atau sudah benar menurut ukuran tradisi.
b.
Kewenangan
birokratik merupakan bentuk yang paling relevan dalam birokrasi, karena
kekuasaan diperoleh dari aturan-aturan birokrasi yang disepakati oleh seluruh
anggota organisasi.
c.
Kewenangan
karismatik merupakan kekuasaan yang diperoleh karena karisma dari kepribadian
seseorang
Teori lain yg berhubungan dengan
pendekatan struktur dan fundi organisasi adalah teori system. Menurut Chester
Barnard, organisasi hanya dapat berlangsung melalui kerjasama antarmanusia, dan
bahwa kerjasama adalah sarana dimana kemampuan individu dipadukan guna mencapai
tujuan bersama atau tujuan yg lebih tinggi.
Sementara menurut Daniel Katzdan
Robrt Kahn, sebagai suatu system social organisasi memiliki keunikan di dalam
kebutuhannya guna memelihara berbagai masukan untuk menjaga agar tetap
terkendali. Itu artiny, system memiliki tujuan-tujuan bersama yang mengharuskan
menomor duakan kebutuhan individu-individu.
II.Perilaku
Individu dan Pengaruhnya terhadap organisasi
Pengertian
Perilaku Individu
Perilaku
individu adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara
individu
dengan lingkungannya. Individu membawa tatanan dalam
organisasi
berupa kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan,
kebutuhan,
dan pengalaman masa lainnya.
1.Variabel yang
Mempengaruhi Perilaku Organisasi
A.
Variabel-Variabel Dependen
Yaitu factor-faktor kunci yang
ingin dijelaskan atau diperkirakan dan yang terpengaruh sejumlah factor lain
(suatu respons yang dipengaruhi oleh suatu variable bebas.
Variabel-variabel
dependen tersebut antara lain :
·
Produktivitas Yaitu suatu ukuran kinerja yang mempengaruhi
keefektifan dan efisiensi.
·
Keabsenan
(kemangkiran) Yaitu gagal atau tidak melapor untuk bekerja
·
Pengunduran
diri (keluar masuknya karyawan) Yaitu penarikan diri secara sukarela dan tidak
sukarela dari suatu organisasi
·
Kepuasan
kerja Yaitu suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang atau selisih antara
banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja dan banyaknya yang mereka
yakini seharusnya mereka terima.
B.
Variabel-Variabel Independen
1.
Variabel-variabel level individu
·
Usia
·
Status
perkawinan
·
Jenis
kelamin
·
Masa
kerja
2.
Variabel-variabel level kelompok
3.
Variabel-variabel level system organisasi
2. Teori dan
Prinsip Motivasi
TEORI MOTIVASI
Motivasi dapat diertikan sebagai
faktor pendorong yang berasal dalam diri manusia, yang akan mempengaruhi cara
bertindak seseorang. Dengan demikian, motivasi kerja akan berpengaruh terhadap
performansi pekerja.
Menurut Hilgard dan Atkinson,
tidaklah mudah untuk menjelaskan motifasi sebab :
·
Pernyataan
motif antar orang adalah tidak sama budaya yang berbeda akan menghasilkan
ekspresi motif yang berbeda pula.
·
Motif
yang tidak sama akan diwujudkan dalam berbagai perilaku yang tidak sama.
·
Motif
yang tidak sama dapat iekspresikan melalui perilaku yang sama.
·
Motif
dapat muncul dalam bentuk-bentuk perilaku yang sulit dijelaskan.
·
Suatu
ekspresi perilaku dapat muncul sebagai perwujudan dari berbagai motif.
Berikut
ini dikemukakan huraian mengenai motif yang ada pada manusia sebagai
factor
pendorong dari prilaku manusia
•
Motif Kekuasaan
Merupakan kebutuhan manusia untuk
memanipulasi manusia lain melalui keunggulan-keunggulan yang dimilikinya.
Clelland menyimpulkan bahwa motif kekuasaan dapat berfifat negatif atau
positif. Motif kekuasaan yang bersifat negatif berkaitan dengan kekuasaan
seseorang. Sedangkan motif kekuasaan yang bersifat positif berkaitan dengan
kekuasaan social (power yang dipergunakan untuk berpartisipasi dalam mencapai
tujuan kelompok).
•
Motif Berprestasi
Merupakan keinginan atau kehendak
untuk menyelesaikan suatu tugas secara sempurna, atau sukses didalam situasi
persaingan (Chelland). Menurut dia, setiap orang mempunyai kadar n Ach (needs
for achievement) yang berlainan. Karakteristik seseorang yang mempunyai kadar n
Ach yang tinggi (high achiever) adalah :
1. Risiko moderat (Moderate
Risks) adalah memilih suatu resiko secara moderat
2. Umpan balik segera (Immediate
Feedback) adalah cenderung memilih tugas yang segera dapat memberikan umpan
balik mengenai kemajuan yang telah dicapai dalam mewujudkan tujuan, cenderung
3. Kesempurnaan (accomplishment)
adalah senang dalam pekerjaan yang dapat memberikan kepuasaan pada dirinya.
4. Pemilihan tugas adalah
menyelesaikan pekerjaan yang telah di pilih secara tuntas dengan usaha
maiksimum sesuai dengan kemampuannya
Motif Untuk Bergabung
Menurut Schachter motif untuk
bergabung dapat diartikan sebagai kebutuhan untuk berada bersama orang lain.
Kesimpulan ini diperoleh oleh Schachter dari studinya yang mempelajari hubungan
antara rasa takut dengan kebutuhan berafiliansi.
• Motif Keamanan (Security Motive)
Merupakan kebutuhan untuk
melindungi diri dari hambatan atau gangguan yang akan mengancam keberadaannya.
Di dalam sebuah perusahaan misalnya, salah satu cara untuk menjaga agar para
karyawan merasa aman di hari tuanya kelak, adalah dengan memberikan jaminan
hari tua, pesangon, asuransi, dan sebagainya
• Motif Status (Status Motive)
Merupakan kebutuhan manusia untuk
mencapai atau menduduki tingkatan tertentu di dalam sebuah kelompok, organisasi
atau masyarakat. Parsons, seorang ahli sosiologi menyimpulkan adanya beberapa
sumber status seseorang yaitu :
1.Keanggotaan di dalam sebuah
keluarga. Misalnya, seorang anggota keluarga yang memperoleh status yang tinggi
oleh karena keluarga tersebut mempunyai status yang tinggi di lingkungannya.
2. kualitas perseorangan yang
termasuk dalam kualitas perseorangan antara lain karakteristik fisik, usia,
jenis kelamin, kepribadian.
3. Prestasi yang dicapai oleh
seseorang dapat mempengaruhi statusnya. Misalnya, pekerja yang berpendidikan,
berpengalaman, mempunyai gelar, dsb.
4. Aspek materi dapat
mempengaruhi status seseorang di dalam lingkungannya.
Misalnya, jumlah kekayaan yang
dimiliki oleh seseorang.
Kekuasaan dan kekuatan (Autoriry
and Power). Dalam suatu organisasi, individu yang memiliki kekuasaan atau
kewenangan yang formal akan memperoleh status yang lebih tinggi dibandingkan
dengan individu-individu yang ada di bawahnya.
3.
Penerapan Motivasi Dalam Organisasi
Lima fungsi utama manajemen adalah
planning, organizing, staffing, leading, dan controlling. Pada pelaksanaannya,
setelah rencana dibuat (planning), organisasi dibentuk (organizing), dan
disusun personalianya (staffing), maka langkah berikutnya adalah
menugaskan/mengarahkan karyawan menuju ke arah tujuan yang telah ditentukan.
Fungsi pengarahan (leading) ini secara sederhana adalah membuat para karyawan
melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan.
Memotivasi karyawan merupakan kegiatan kepemimpinan yang termasuk di dalam
fungsi ini. Kemampuan manajer untuk memotivasi karyawannya akan sangat
menentukan efektifitas manajer. Manajer harus dapat memotivasi para bawahannya
agar pelaksanaan kegiatan dan kepuasan kerja mereka meningkat.
Berbagai istilah digunakan untuk
menyebut kata ‘motivasi’ (motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need),
desakan (urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive). Dalam hal ini, akan
digunakan istilah motivasi yang diartikan sebagai keadaan dalam pribadi
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu guna mencapai tujuan.
Motivasi menunjuk kepada sebab,
arah, dan persistensi perilaku. Kita bicara mengenai penyebab suatu perilaku
ketika kita bertanya tentang mengapa seseorang melakukan sesuatu. Kita bicara
mengenai arah perilaku seseorang ketika kita menanyakan mengapa ia lakukan
suatu hal tertentu yang mereka lakukan. Kita bicara tentang persistensi ketika
kita bertanya keheranan mengapa ia tetap melakukan hal itu (Berry, 1997).
Suatu organisme (manusia/hewan)
yang dimotivasi akan terjun ke dalam suatu aktivitas secara lebih giat dan
lebih efisien daripada yang tanpa dimotivasi. Selain menguatkan organisme itu,
motivasi cenderung mengarahkan perilaku (orang yang lapar dimotivasi untuk mencari
makanan untuk dimakan; orang yang haus, untuk minum; orang yang kesakitan,
untuk melepaskan diri dari stimulus/rangsangan yang menyakitkan (Atkinson,
Atkinson, & Hilgard, 1983).
Sampai pada abad 17 dan 18, para
pakar filsafat masih berkeyakinan bahwa konsepsi rasionalisme merupakan konsep
satu-satunya yang dapat menerangkan tindakan-tindakan yang dilakukan manusia.
Konsep ini menerangkan bahwa manusia adalah makhluk rasional dan intelek yang
menentukan tujuan dan melakukan tindakannya sendiri secara bebas berdasarkan
nalar atau akalnya. Baik-buruknya tindakan yang dilakukan oleh seseorang sangat
tergantung dari tingkat intelektual orang tersebut. Pada masa-masa berikutnya,
muncul pandangan mekanistik yang beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh
manusia timbul dari adanya kekuatan internal dan eksternal, diluar kontrol
manusia itu sendiri. Hobbes (abad ke-17) mengemukakan doktrin hedonisme-nya
yang menyatakan bahwa apapun alasan yang diberikan oleh seseorang atas
perilakunya, sebab-sebab terpendam dari semua perilakunya itu adalah adanya
kecenderungan untuk mencari kesenangan dan menghindari kesusahan.
4.Tekanan
(Stress) individu
Stress adalah tekanan atau
ketegangan yang dihadapi seseorang
dan mempengaruhi emosi, pikiran,
serta kondisi keseluruhan dari
orang tersebut.
Faktor pemicu stress disebut
stressor
Stressor dibagi menjadi dua,
antara lain :
1. Stressor On The Job (dari
dalam lingkungan pekerjaan)
a.
Beban
kerja berlebih (overload)
b.
Desakan
waktu (deadline)
c.
Kualitas
pembimbingan rendah/low supervise
d.
Iklim
politis tidak aman/low comfort
e.
Umpan
balik kerja rendah/low feedback
f.
Wewenang
tidak memadai/low authority
g.
Ketidakjelasan
peranan/role ambiguity
h.
Frustasi/putus
asa
i.
Konflik
antar pribadi atau kelompok
j.
Perbedaan
nilai individu dan organisasi
k.
Perubahan
situasi kantor yang mengejutkan
2. Stressor Off The Job (dari
luar lingkungan pekerjaan)
a.
Krisis
keuangan pribadi atau keluarga
b.
Permasalahan-permasalahan
tentang anak
c.
Permasalahan-permasalahan
tentang fisik
d.
Permasalahan-permasalahan
dalam perkawinan
e.
Perubahan
situasi rumah atau lingkungan
Dampak stressor dipengaruhi oleh
berbagai factor yaitu :
1. Sifat stressor
Yaitu pengetahuan individu
tentang stressor tersebut dan
pengaruhnya pada individu
tersebut
2. Jumlah stressor
Yaitu banyaknya stressor yang
diterima individu dalam waktu
bersamaan.
3. Lama stressor
Yaitu seberapa sering individu
menerima stressor yang sama
4. Pengalaman masa lalu
5. Tingkat perkembangan
III.
Perilaku Kelompok dan Interpersonal
Berbagai
perspektif terhadap kelompok
2. Jenis-jenis kelompok
Pengertian Beberapa Jenis
Kelompok:
·
Kelompok
: dua individu atau lebih yang berinteraksi dan
saling bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai tujuan
tertentu.
saling bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai tujuan
tertentu.
·
Kelompok
Formal : kelompok kerja bentukan yang
didefinisikan oleh struktur oraganisasi dengan penugasan kerja
yang sudah ditentukan. Perilaku-perilaku yang harus ditunjukan di
dalam kelompok ini ditentukan dan diarahkan ke sasaran
organisasi.
didefinisikan oleh struktur oraganisasi dengan penugasan kerja
yang sudah ditentukan. Perilaku-perilaku yang harus ditunjukan di
dalam kelompok ini ditentukan dan diarahkan ke sasaran
organisasi.
·
Kelompok
Informal : kelompok yang tidak terstruktur formal
dan tidak ditentukan oleh oraganisasi, dan terjadi karena respons
terhadap kebutuhan akan hubungan sosial. Kelebihannya adalah
kelompok ini bisa memenuhi kebutuhan sosial anggotanya yang
dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja anggotanya itu.
dan tidak ditentukan oleh oraganisasi, dan terjadi karena respons
terhadap kebutuhan akan hubungan sosial. Kelebihannya adalah
kelompok ini bisa memenuhi kebutuhan sosial anggotanya yang
dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja anggotanya itu.
·
Kelompok
Tugas : orang-orang yang secara bersama-sama
menyelesaikan tugas.
menyelesaikan tugas.
·
Kelompok
Kepentingan : orang-orang yang bekerja sama
untuk mencapai tujuan khusus dan yang menjadi perhatian
masing-masing orang.
untuk mencapai tujuan khusus dan yang menjadi perhatian
masing-masing orang.
·
Kelompok
Persahabatan: persekutuan sosial yang sering
dikembangkan dari situasi kerja, ditetapkan bersama-sama
karena memiliki satu.
dikembangkan dari situasi kerja, ditetapkan bersama-sama
karena memiliki satu.
3. Motivasi Pembentukan Kelompok
Pembentukan kelompok diawali
dengan adanya persepsi atau perasaan yang sama untuk memenuhi kebutuhan.
Setelah itu akan adanya motivasi untuk memenuhinya, lalu akan timbul motivasi
untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya
interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok.
Pembentukan kelompok sosial tidak
hanya tergantung pada kedekatan fisik. tetapi kesamaan di antara anggota –
anggotanya. seseorang lebih menyenangi berhubungan dengan orang yang memiliki
kesamaan dengan dirinya. misalnya kesamaan minat, kepercayaan, hobi, usia dsb.
Pembentukan kelompok dilakukan
dengan menentukan kedudukan masing – masing anggota ( siapa yang menjadi ketua
atau anggota ).
Interaksi yang terjadi suatu saat
akan memunculkan konflik. Perpecahan yang terjadi biasanya bersifat sementara
karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok
berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan kelompok. Akhirnya setelah terjadi
penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.
setelah adanya interaksi biasanya
dalam sebuah kelompok terdapat norma sosial. norma terbentuk dari proses
akumulatif interaksi kelompok.
sumber : wikipedia
4. Tahap-tahap pengembangan
kelompok
Model Pengembangan Lima Tahap
Sejak pertengahanm dasawarsa
1960-an diyakini bahwa kelompok-kelompok melewati sederetan suatu standar
tahpan perkembangan kelompok yaitu: Pembentukan (Forming), Keributan
(Strorming), Penomoran (Nomoring), Pelaksanaan (Performing), dan Penundaan
(Adjourning). Tahap-tahap tersebut dimaksud sebagai berikut:
1.
Tahap Pembentukan: tahap ini dicirikan oleh
banyaknya ketidakpastian mengenai: maksud dan tujuan, struktur, dan
kepemimpinan kelompok. Para anggotanya dalam tahap ini menguji-coba untuk
menentukan tipe-tipe perilaku apakah yang dapat diterima dengan baik. Tahap ini
selesai bila para anggota telah mulai berpikir diri mereka sendiri sebagai
bagian dari suatu kelompok.
2.
Tahap Keributan: tahap ini dicirikan dengan
adanya konflik di dalam kelompok, artinya para anggota menerima baik eksistensi
kelompok, tetapi melawan adanya kendala-kendala yang dikenakan oleh kelompok
terhadap individualitas. Lebih lanjut adanya konflik akan mengendalikan
kelompok, bila telah lengkap maka terdapat hirarki yang relatif jelas dari
kepemimpinan di dalam kelompok.
3.
Tahap Penomoran: tahap ini dicirikan oleh
hubungan karib dan kekohesian (kesaling tarikan). Tahap ini selesai bila
struktur kelompok telah kokoh dan kelompok itu menyerap perangkat penghargaan
dari apa yang mendefinisikan perilaku anggota dengan benar.
4.
Tahap Penundaan: tahap ini dicirikan oleh
kelompok yang telah sepenuhnya fungsional dan diterima baik. Kekuatan kelompok
telah bergesar dari mencoba memahami satu sama lain kepelaksanaan tugas.
5.
Tahap Penundaan: tahap ini dicirikan oleh
kepedulian untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan bukannya melaksanakan tugas.
Dalam tahap ini respon anggota
kelompok neraneka ragam ada yang merasa puas, denngan bersenang-senang dalam
prestasi kelompok sementara yang lain murung akan kehilangan persahabatan yang
diperoleh selama kehidupan kelompok kerja.
Catatan:
a)
Banyak
penafsir bahwa tahap-tahap lebih efektif ketika kelompok tersebut melewati
empat tahap pertama, dengan alasan bahwa beberapa kondisi tingkat konflik yang
tinggi meghasilkan kinerja kelompok yang tinggi.
b)
Pengusul
yang terkuat dari model ini tidak mengandaikan bahwa semua kelompok mengikiti
proses lima tahapnya dengan cermat atau bahkan tahap IV selalu yang paling
disukai.
c)
Permasalahan
dalam model ini yaitu dalam memahami perilaku yang berkaitan dengan kerja
adalah bahwa model itu mengabaikan konteks organisasional (misal: studi
terhadap awak kokpit dalam sebuah pesawat terbang ditemukan bahwa dalam sepuluh
menit, tiga orang yang tidak kenal satu sama lain ditugasi untuk terbang
bersama-sama untuk pertama kali telah terjadi suatu kelompok berkinerja
tinggi). Konteks ini memberikan aturan-aturan, definisi tugas, informasi, dan
sumber daya yang diperlukan untuk kelompok itu agar berkinerja. Mereka tidak
perlu mengembangkan rencana, membagi peran, menentukan dan mengalokasi sumber
daya, memecahkan konflik, dan menemukan norma seperti diramalkan dalam
tahap-tahap ini. Karena terjadi banyak perilaku kelompok dalam organisasi terjadi
dalam konteks organisasional yang kuat, maka tampaknya model ini tidak dapat
diterapkan dalam pencarian dan pemahaman kelompok-kelompok kerja.
5.
Ciri-ciri kelompok
Pada saat
kelompok berkembang melalui berbagai tahapan perkembangan, mereka mulai memperagakan
karakteristik tertentu, untuk memahami perilaku kelompok yang meliputi: kondisi
eksternal, sumber daya anggota kelompok, struktur kelompok, proses kelompok,
dan tugas-tugas kelompok. Hal-hal tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai
berikut:
·
sosiometri: adalah
suatu teknik analisis untuk mempelajari interaksi kelompok. Sosiometri
mengusahakan mencari tahu siapa yang disukai atau tidak disukai orang-orang
dan dengan siapa mereka akan atau
bekerja sama. Di dalam mempelajari interaksi perlu suatu informasi denga
menggunakan kuesioner atau dengan wawancara antara lain menyangkut: siapa di
dalam organisasi itu, ingin berhubungan dengan siapa penyelesaian pekerjaan,
dan lain-lain. Sehingga informasi tersebut menciptakan sosiogram.
·
Sosiogram: adalah
suatu diagram yang secara grafis memetakan interaksi sosial yang lebih disukai
yang diperoleh dari wawancara atau dengan menggunakan kuesioner.
·
Jaringan
sosial (sosicial network): adalah
suatu perangkat spesifik dari tautan-tautan d antara perangkat terdefinisikan dari
individu-individu.
·
Gugus (clusters): adalah
kelompok-keolompok yang eksis di dalam jaringan sosial. Gugus tertetap (prescibed clusters): adalah
kelompok-kelompok formal seperti: departemen,tim kerja, angkatan,tugas atau
komite.
·
Gugus
tertetap (prescribed clusters): adalah
kelompok-kelompok formal seperti departemen, tim kerja, angkatan tugas atau
komite.
·
Gugus
muncul (emergent clusters): adalah
kelompok-kelompok tak resmi, infomal.
·
Koalisi: adalah
gugus individu-individu yang sementara bergabung bersama-sama untuk mencapai
suatu maksud yang spesifik.
·
Klik: adalah
pengelompokan informal yang lebih permanen yang melibatkan persahabatan.
·
Bintang
(stars): adalah
individu-individu dengan tautan paling banyak dalam suatu jaringan.
·
Penghubung
(laisons): adalah
individu-individu yang menghubungkan dua gugus atau lebih tetapi tidak menjadi
anggota dari gugus manapun.
·
Jembatan
(bridges): adalah
individu-individu yan berfungsi sebagai pasak tautan dengan termasuk pada dua
gugus atau lebih.
·
Isolat: adalah
individu-individu yang tidak dihubungkan ke jaringan.
6.
Konsep peran
Individu sebagai makhluk sosial
tidak bisa dihindarkan dengan interaksi sosial dan
bentuk-bentuk interaksi sosial
yang dijalin. Dilain pihak individu juga tidak dapat lepas dari
situasi tempat ia berada dan
situasi ini sangat berpengaruh terhadap kelompok yang terbentuk
akibat situasi tersebut. Dalam
hubungan dengan kelompok akan diuraikan berikut ini
7. Model terpadu dari pembentukan dan
pengembangan kelompok
Pengertian pembelajaran terpadu:
Pembelajaran
terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang mencoba memadukan beberapa
pokok bahasan. Salah satu diantaranya adalah memadukan pokok bahasan atau sub
pokok bahasan atau bidang studi, keterangan seperti ini disebut juga dengan
kurikulum (DEPDIKBUD, 1990: 3), atau pengajaran lintas bidang studi (Maryanto,
1994: 3).
Secara umum pembelajaran terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan perkembangan kemampuat siswa secara optimal, oleh karena itu dibutuhkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan siswa semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya.pembelajaran terpadu juga suatu model pembelajaran yang dapat dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.dikatakan bermakna pada pembelajaran terpadu artinya,siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu mulai pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami.hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh tim pengembang D-2 PGSD dan S-2 pendidikan dasar (1997 : 17) yang mengatakan bahwa “ pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa” Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik
Secara umum pembelajaran terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan perkembangan kemampuat siswa secara optimal, oleh karena itu dibutuhkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan siswa semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya.pembelajaran terpadu juga suatu model pembelajaran yang dapat dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.dikatakan bermakna pada pembelajaran terpadu artinya,siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu mulai pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami.hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh tim pengembang D-2 PGSD dan S-2 pendidikan dasar (1997 : 17) yang mengatakan bahwa “ pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa” Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik