Butterfly

Senin, 06 Agustus 2012

Museum Universitas Kagoshima Koleksi Kerajinan Sirope Toraja



Ilustrasi : Corbis
MAKALE - Sirope atau lebih dikenal masyarakat Toraja dengan nama Dalle Sissikan merupakan sejenis biji-bijian rumput liar yang tumbuh di pekarangan rumah, kebun, maupun sawah. Sehingga seringkali dianggap sebagai tanaman yang tidak berguna.

Namun ternyata, biji-bijian Sirope yang banyak tumbuh di wilayah Toraja bisa disulap menjadi sebuah karya seni yang bernilai tinggi.

Peneliti Ethno botani asal Jepang, Prof Ochiai Yukino mengaku, sangat tertarik terhadap karakteristik dan kegunaan tanaman Sirope. Dirinya mengaku, sudah melakukan penelitian tanaman Sirope di Toraja pada 2000 lalu.

Saat ditemui langsung, Prof Ochiai didampingi peneliti dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Agnes Rampisela mengatakan, jenis tanaman Sirope banyak terdapat di kawasan Asia Tenggara seperti Laos, Thailand, dan Indonesia. Biji-bijian Sirope bisa menghasilkan karya seni yang luar biasa dan bernilai bisnis tinggi.

Di negara Laos, Thailand, dan Myanmar, biji Sirope banyak dilekatkan dan digunakan pada bahan kain dan baju. Tapi di Toraja, biji Sirope lebih banyak dijadikan sebagai bahan kerajinan tangan.

Menurutnya, Sirope memiliki keunggulan dan keistimewaan, yaitu kuat, praktis, dan cantik. Biji Sirope memiliki lubang alami yang memudahkan untuk didesain menjadi perhiasan dalam berbagai macam model. Mulai dari gantungan kunci, gelang, kalung hingga tas. Biji Sirope juga bisa didesain menjadi tirai pintu dan jendela.

“Sekira 650 jenis koleksi benda-benda hasil kerajinan Sirope dari Toraja dan negara Asia Tenggara saat ini disimpan dan dipamerkan di museum Universitas Kagoshima Jepang,” kata Ochiai, di Sanggar penelitian Sirope di kota Rantepao, Selasa (11/10/2011).

Sayangnya, Sirope yang merupakan sumber daya alam lokal Toraja belum ditanam khusus oleh masyarakat Toraja. Padahal, untuk mengembangbiakkan tanaman Sirope tidak memerlukan keahlian khusus karena bisa tumbuh di mana saja. Hanya butuh waktu enam bulan untuk memanen biji Sirope dan akan tumbuh terus menerus. Selain itu, biji Sirope bisa bertahan sampai ratusan tahun.

“Tidak terlalu sulit mendesain biji Sirope menjadi hasil karya seni yang luar biasa. Tingkat kesulitan tergantung dari desain yang akan dibuat,” kata dia.

Prof Ochiai menambahkan, selain kerajian tangan, biji Sirope juga bisa diolah menjadi minuman yang berkhasiat untuk kesehatan. Minuman dari biji Sirope mengandung zat protein, lemak, dan zat besi yang berguna menjaga kesehatan.

Peneliti Unhas Agnes Rampisela menyatakan, sekira 18 koleksi benda-benda berharga hasil kerajinan Sirope, saat ini dipamerkan di sanggar penelitian Sirope Kota Rantepao untuk diperkenalkan kepada masyarakat Toraja.

Kerajinan Sirope di Toraja hanya ada di beberapa tempat, seperti di kawasan objek wisata Lemo di Kecamatan Makale Utara dan kawasan objek wisata Kete Kesu Kecamatan Kesu. Namun, jumlah pengrajin Sirope di dua kawasan wisata itu pun tidak banyak. Bahkan, kerajinan Sirope perlahan-lahan mulai ditinggalkan.

“Kami berharap tumbuhan Sirope bisa dilestarikan dan dikembangkan menjadi karya seni khas Toraja,” katanya.(Joni Lembang/Koran SI/rhs)
http://kampus.okezone.com/read/2011/10/11/373/513727/museum-universitas-kagoshima-koleksi-kerajinan-sirope-toraja