Pengertian Inflasi
Adalah
proses kenaikan harga-harga umum batang-barang secara terus-menerus. Ini tidak
bearti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu nik dengan persentase yang
sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting
terdapat kenaikan harga umum batang secara terus – menerus selama satu periode
tertent. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase
yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi
Kenaikan
harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapaindeks harga yang
sering digunakan untuk
mngukur
inflasi antara lain :
1.
Indeks biaya hidup (consumer price index)
2.
Indeks biaya hidup mengukur biaya atau pengeluran untuk membeli sejumlah barang
dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup.
3.
indeks harga perdagangan besar (wholesale pirce index)
4.
indeks perdangangan besar meniti beratkan pada sejumlah barang pada tingkat
pedangangan besar.
5.
GNP deflator
GNP
deflator adalah jenis indeks yang lain. Berbeda dengan dua indeks di atas, dalam
cakupan barangnya. GNP deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang mencangkup
dalam perhitungan GNP, jadi lebih banyak jumlahnya bila dibanding dengan dua
indeks di atas GNP deflator diperoleh dengn membagi GNP nominal (diatas harga
Berlaku) dengan GNP rill (atas dasar harga konstans)
GNP
deflator = GNP Nominal x 100
GNP
rill
Jenis-Jenis Inflasi
A. Jenis Inflasi
Menurut Sifatnya
Laju
Inflasi dapat berbeda antara satu negara dengan negara lain atau dalam satu
negara dalam waktu yang berbeda. Atas dasar besarnya laju inflasi maka dapta
dibagi ke dalam tiga kategori yaitu
1.
Merayap (creeping inflation)
Ditandai
dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun). Kenaikan harga
berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecit serta dalam jangka yang
relatif lama.
2.
inflasi menengah (galloping inflation)
ditantai
dengan kenaikanharga yang cukup besar dalam waktu yang relatif pendek serta
mempunyai siat akselarasi (harga dalam waktu mingguan atau bulanan) efeknya
terhadap perekonomian lebih besar dari pada inflasi yang merayap (creeping
inflation)
3.
inflasi tinggi (hyper inflation)
merupakan
inflasi yang paling parah akibatnya harga – harga naik sampai 5 atau 6 kali.
Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang sebab nilai uang
merosot dengan tajam seingga ingin ditukarkan dengan uang sehingga perputaran
uang semakin cepat dan harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini
timbul apa bila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja yang dibelanjakan
dan ditutupi dengan mencetak uang.
B. Jenis Inflasi
Menurut Sebabnya
1.
Demand-pull inflation
Inflasi
ini bermula dari adanya kenaikan pemintaan total (agregate demand), sedangkan
produksi telah berada pada
keadaan
kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Dalam
keadaan hampir
kesempatan
kerja penuh, kenaikan permintaan total disamping kenaikan harga dapt juga
menaikkan hasil produksi (output).
2.
Cost-push inflation
Berbeda
dengan demand-pull inflation, cost-push inflation biasanya ditandai dengan
kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan
resesi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam
penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi.
Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul karena beberapa factor diantaranya :
-
perjuangan
serikat buruh yang berhasil untuk menuntu kenaikan upah
-
Suatu
industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat menggunakan kekuasaannya di
pasar untuk menentukan harga (yang lebih tinggi).
-
Kenaikan
harga bahan baku industri.
C. Berdasarkan
Sumber atau Penyebab Kenaikan Harga Inflasi biasanya dibedakan kepada tiga
bentuk berikut :
-
Inflasi
Tarikan Permintaan : kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh pertambahan
pengeluaran yang besar
yang
tidak dapat dipenuhi oleh kemampuan memproduksi yang tersedia.
-
Inflasi
Desakan Biaya : kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan dalam biaya
produksi
sebagai
akibat kenaikan harga bahan mentah atau kenaikan upah.
-
Inflasi
Diimpor : kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan harga barang impor
yang digunakan
sebagai
bahan mentah produksi dalam negeri.
Pengelompokan
Inflasi
Inflasi
yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok
pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption by
purpose - COICOP), yaitu :
1.
Kelompok Bahan Makanan
2.Kelompok
Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
3.Kelompok
Perumahan
4.Kelompok
Sandang
5.Kelompok
Kesehatan
6.Kelompok
Pendidikan dan Olah Raga
7.Kelompok
Transportasi dan Komunikasi.
Efek Yang
Ditimbulkan Dari Inflasi
1.
Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek
terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula
yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh endapatan
tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh
pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan
menderita kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut,
yakni Rp. 50.000,00.
2.
Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Inflasi
dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat
terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian
dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu
sehingga mengakibatkan alokasi factor produksi menjadi tidak efisien.
3.
Efek terhadap Output (Output Effects)
Dalam
menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effects) digunakan suatu
anggapan bahwa output tetap.
Hal
ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi
pendapatan dan efisiensi dari jumlah
output
tertentu tersebut.
4.
Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi
yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang
terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan.
Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan
spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap
seperti tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan
kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi produktif akan
berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak
pengangguran akan wujud.
5.
Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat
Disamping
menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan
menimbulkan efek-efek yang berikut kepada individu kepada masyarakat :
a) Inflasi
akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.
b) Inflasi
akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
c) Memperburuk
pembagian kekayaan.
Cara Mencegah Inflasi
Dengan
menggunakan Irving Fisher MV = PT, dapat dijelaskan bahwa inflasi timbul
karena MV naik lebih cepat daripada T. Oleh karena itu maka untuk mencegah
terjadinya inflasi maka salah satu variabel (M atau V) harus dikendalikan. Cara
mengatur variabel M,V dan T tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
kebijaksanaan moneter, fiskal atau kebijaksanaan yang menyangkut kenaikan
produksi.
1. Kebijaksanaan
Moneter
Sasaran
kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar (M).
Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposito). Uang giral
dapat terjadi melalui dua cara pertama apabila seseorag
memasukkan
uang kas ke bank dalam bentuk giro kemudian yang kedua apabila seseorang
memperoleh
pinjaman dari bank tidak diterima kas tetapi
dalam bentuk giro. Instrumen lain yang dapat dipakai untuk
mencegah
inflasi adalah politik pasart terbuka (jual/beli surat berharga). Dengan cara
menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang
beredar sehingga laju inflasi dapat lebih rendah.
2. Kebijaksanaan
Fiskal
Kebijaksanaan
fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan
yang secara
langsung
dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi
harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijaksanaan
fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah
serta
kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat
ditekan.
3. Kebijaksanaan
yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan
output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai
misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang
cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam negeri cenderung
menurunkan harga.
4. Kebijaksanaan
Penentuan Harga dan Indexing
Ini
dilakukan dengan penentuan ceiling harga,serta medasarkan pada indeks harga
tertentu untuk gaji ataupun
upah (dengan demikian gaji / upah secara riil
tetap). Kalau indeks harga naik maka gaji / upah juga dinaikan.
Inflasi
dan Pengangguran
Indea
tentang adanya hubungan antara inflasi dan pengangguran itu relatif baru, kira
– kira pada akhir tahun 1950an.
Secara
sistematik hubungan ini baru mulai diperkenalkan oleh AW Phillips pada tahun
1958 dari hasil studi lapangan tentang hubungan antara kenaikan tingkat upah
dengan pengangguran di inggris pada tahun 1861 – 1957.
Kurva
yang menunjukkan adanya hubungan negatif ini sering disebut kurva
Phillips (sesuai dengan nama penemunya). Kurva tersebut sejalan dengan
keadaan yang terjadi di Inggris pada periode 1861 – 1957. Tahun di mana tingkat
pengganguran
rendah adalah juga tahun dalam mana tingkat kenaikan upah tinggi, dan
sebaliknya tahun dalam mana pengangguran tinggi, tingkat kenaikan upah rendah.
1) Implikasi
Kebijaksanaan
Sampai
pada akhir tahun 1950an masalah pokok kebijaksanaan makro ekonomi adalah
mencapai secara
serentakkesetabilan
harga serta kesempatan kerja yang tinggi. Namun beberapa pemikiran pada waktu
itu meragukan tercapainya kedua tujuan tersebut secara bersama – sama. Kurva
Phillips dapat menjelaskan keadaan pesimis ini. Kesetabilan harga dan
kesempatan kerja yang tinggi adalah dua hal yang tidak bisa terjadi bersama –
sama.
2) Dasar
Teori
Kurva
Phillips diperoleh semata – mata atas dasar studi empirik, tidak ada dasar
teorinya. Lipsey pada tahun
1960
mencoba untuk mengisi dasar teorinya. Untuk tujuan ini dia menggunakan sebagai
dasar penjelasannya adalah teori pasar tenaga kerja
Dengan
demikian, natural rate of unemployment (UN) merupakan suatu tingkat
pengangguran dalam mana terdapat kesetabilan upah (W = 0). Ada beberapa
pernyataan Lipsey tentang kurva Phillips dengan menggunakan
teori
pasar tenaga kerja menjadi dua yaitu pertama, penawaran dan permintaan akan
tenaga kerja menentukan t
ingkat
upah, kedua tingkat / laju perubahan tingkat upah ditentukan oleh besarnya
kelebihan permintaan (excess demand) akan tenaga kerja.
3) Perkiraan
(Expectation)
Masalah
perkiraan atau ekspektasi ini muncul pada pertengahan tahun 1970an dan
merupakan angin segar pada perkembangan ekonomi makro. Adanya trade-offantara
inflasi dan unemployment dipertanyakan. Krisis minyak yang terjadi pada
pertengahan tahun 1970an menimbulkan apa yang disebut stagflasi (stagnasidan
inflasi), inflasi dan unemployment naik secara bersama – sama.
4) Perkiraan
Adaptive (adaptive expectation)
Sebelum
pertengahan tahun 1970an teori yang dominan dalam penyusutan ekspektasi ini
adalah adaptive.
Menurut
teori ini harga yang diperkirakan akan terjadi (expected price) didasarkan pada
harga yang telah lalu. Apabila harga perkiraan sekarang tidak sama dengan harga
yang betul – betul terjadi (actual price) saat ini, maka individu akan
menggunakan kesalahan dalam perkiraan ini untuk memperbaiki perkiraannya di
masa yang akan datang.
Kebijakan Pemerintah Dalam Menghadapi Inflasi
PENGENDALIAN
INFLASI
Kebijakan
moneter Bank Indonesia ditujukan untuk mengelola tekanan harga yang berasal
dari sisi permintaan aggregat(demand management) relatif terhadap kondisi
sisi penawaran. Kebijakan moneter tidak ditujukan untuk merespon kenaikan
inflasi yang disebabkan oleh faktor yang bersifat kejutan yang bersifat
sementara
(temporer) yang akan hilang dengan sendirinya
seiring dengan berjalannya waktu.
Sementara
inflasi juga dapat dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari sisi penawaran
ataupun yang bersifat kejutan (shocks) seperti kenaikan harga minyak dunia dan
adanya gangguan panen atau banjir Dari bobot dalam keranjang IHK, bobot inflasi
yang dipengaruhi oleh faktor kejutan diwakili oleh kelompok volatile food dan administered
prices yang mencakup kurang lebih 40% dari bobot IHK.
Dengan
demikian, kemampuan Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi sangat terbatas
apabila terdapat kejutan (shocks) yang sangat besar seperti ketika terjadi
kenaikan harga BBM di tahun 2005 dan 2008 sehingga menyebabkan adanya lonjakan
inflasi.
Dengan
pertimbangan bahwa laju inflasi juga dipengaruhi oleh faktor yang bersifat
kejutan tersebut maka pencapaian sasaran inflasi memerlukan kerjasama dan
koordinasi antara pemerintah dan BI melalui kebijakan makroekonomi yang
terintegrasi baik dari kebijakan fiskal, moneter maupun sektoral. Lebih jauh,
karakteristik inflasi Indonesia yang cukup rentan terhadap kejutan-kejutan
(shocks) dari sisi penawaran memerlukan kebijakan-kebijakan khusus untuk
permasalahan tersebut.
Dalam
tataran teknis, koordinasi antara pemerintah dan BI telah diwujudkan dengan
membentuk Tim Koordinasi
Penetapan Sasaran, Pemantauan dan Pengendalian
Inflasi (TPI) di tingkat pusat sejak tahun 2005. Anggota TPI,
terdiri
dari Bank Indonesia dan departmen teknis terkait di Pemerintah seperti
Departemen Keuangan, Kantor Menko Bidang Perekonomian, Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian, Departemen
Perhubungan, dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Menyadari pentingnya
koordinasi tersebut, sejak tahun 2008 pembentukan TPI diperluas hingga ke level
daerah. Ke depan, koordinasi antara Pemerintah dan BI diharapkan akan semakin
efektif dengan dukungan forum TPI baik pusat maupun daerah sehingga dapat
terwujud inflasi yang rendah dan stabil, yang bermuara pada pertumbuhan ekonomi
yang berkesinambungan dan berkelanjutan.
1.
Kebijaksanaan Moneter
Sasaran
kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar (M). salah
satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposit). Uang giral dapat
terjadi melalui dua cara, pertama apabila seseorang memasukkan
uang kas ke bank dalam bentuk giro. Kedua,
apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas tetapi dalam
bentuk giro. Deposito yang timbul dengan cara kedua sifatnya lebih inflatoir
dari cara pertama. Sebab cara pertama hanyalah mengalihkan bentuk saja dari
uang kas ke uang giral
2.
Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan
ini menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang
secara lagsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan
mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total.
Kebijaksanaan ini yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan
pajak akan dapat mengurangi permintaan total. Sehingga inflasi dapat ditekan.
4.
Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan
output dapat memperkecil kenaikan laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini
dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor
barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri
cenderung menurunkan harga.
5.
Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
Ini
dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga
tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah secara riil tetap).
Kalau indeks harga naik, maka gaji/upah juga dinaikkan.
1.
Dalam
perekonomian tertutup, dan dalam jangka pendek, inflasi merupakan masalah
ekonomi
yang
perlu dihadapi dan diatasi. Dalam system pasar bebas, masalah ini tidak dapat
dengan sendirinya diatasi. Kebijakan pemerintah perlu dijalankan apabila
masalah tersebut timbul. Sesuai dengan keperluan ini dalam analisis
makroekonomi perlu diperhatikan dengan lebih baik mengenai masalah tersebut dan
bentuk-bentuk kebijakan pemerintah yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
inflasi.
2.
Secara
kontinu kebijakan pemerintah diperlukan untuk menjaga kestabilan harga-harga
dan
mengurangi
tingkat pengangguran pada tingkat yang sangat rendah. Kebijakan pemerintah
tersebut dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu Kebijakan Fiskal dan
Kebijakan Moneter. Alat yang digunakan dalam kebijakan fiskal adalah mengubah
pengeluaran pemerintah, mengubah pajak dan gabungan dari keduanya. Kebijakan
moneter dijalankan dengan mempengaruhi kebijakan penawaran uang dan suku bunga.
3.
Kedua
bentuk kebijakan pemerintah tersebut perlu dilakukan secara serentak untuk
meningkatkan kefektifannya.