Butterfly
Senin, 18 Juni 2012
Lada Katokkon dan Lada Barra
Lada Katokkon
Hampir semua orang mengenal cabe, salah satu tanaman sayur atau bumbu masak. Buah muda berwarna hijau tua, putih kehijauan, atau putih, buah yang sudah masak berwarna merah . Jika cabe dibelah, akan menemukan tangkai putih di dalamnya yang mengandung zat capsaicin yang seperti minyak dan menyengat sel-sel pengecap lidah. Zat inilah yang mengakibatkan cabe menjadi pedas dan panas di lidah ketika konsumsi.
Cabe mengandung vitamin C dan A Selain itu cabe berkasiat menambah nafsu makan,menormalkan kembali kaki dan tangan yang lemas, batuk berdahak,melegakan rasa hidung tersumbat pada sinusitis dan migrain. (Cabe Rawit)
Di Toraja cabe dikenal dengan nama lada. Ada dua jenis lada yang khas yaitu : Lada Katokkon dan lada Barra’. Lada dipergunakan sebagai bumbu masak pada masakan Toraja seperti pa’piong, patollo pamarrasan, tollo lendong, utan tuttu’ atau tu’tuk lada .
Lada Katokkon
Lada Katokkon memiliki warna kehijauan saat buah masih muda lalu berubah warna menjadi orange dan berwarna merah ketika matang. Rasanya super pedasss sampai air mata keluar saat mencicipinya.
Kalau diperhatikan lada katokkon mirip seperti keluarga cabai “habanero” (perlu penelitian lebih lanjut hehehe). Cabai atau cabe habanero merupakan cabe yang menempati urutan ke-2 (kedua) dan urutan ke-3 (ketiga) terpedas di dunia. (TOP 10 Cabe Terpedas Di Dunia).
Ini dia… Savina Merah habanero menempati urutan ke dua
Cabe ini adalah varietas khusus dari cabe Habanero, yang dikembangbiakkan khususagar mendapat cabe yang lebih pedas, besar dan berat. Frank Garcia di Walnut, California adalah pengembang cabe Red Savina ini. Metodenya masih rahasia dan tidak diketahui umum. Cabe ini memegang rekor sebagai cabe terpedas di dunia dari tahun 1994 sampai 2006 dan dicatat oleh Guinness World Records. Namun pada Februari 2007, cabe ini harus turun dari singgasananya, dikalahkan oleh yang ada saat ini di peringkat 1 Naga Jolokia (Bhut Jolokia).
Kalo ini Habanero pepper urutan ketiga
Cabe ini adalah salah satu cabe yang amat pedas pada genus nya, yaitu capsicum. Saat mentah berwarna hijau, saat matang warnanya oranye atau merah. Namun kadang terlihat juga warna putih, coklat dan bahkan pink! Ukuran panjang sekitar 2-6 cm. Cabe ini banyak berasal dari Yucatan dan daerah sekitar pantainya. Nama cabe ini berasal dari kota di Cuban, kota di La Habana. Walaupun tempat itu bukanlah tempat asalnya, namun cabe ini banyak deperjualbelikan disana.
Coba kalo dibandingkan dengan lada katokkon rada miripkan !!!!
Lada Barra’
Lada barra’ (barra’ dalam bahasa toraja berarti beras). Lada barra’ berarti cabe beras . Lada barra memiliki ukuran yang kecil dibanding cabe rawit, kurang lebih seperti beras sehingga disebut lada barra. Tapi.. soal rasanya makkkyuss benar , jauh lebih pedas dari cabe rawit.
Lada Barra’ memiliki warna hjau tua saat buah masih muda lalu berubah warna menjadi orange dan berwarna merah ketika matang.
Kalau cabe rawit menempati urutan keempat nih
Thai Pepper dalam bahasa Indonesia. Cabe Rawit, Sunda. Cengek, Thailand Thai. phrik khi nu, Tagalog. siling labuyo. Cabe ini banyak terdapat di Thailand dan tetangganya seperti Kamboja, Vietnam, Indonesia, dan sekitarnya. Ternyata orang Indonesia memang kuat pedas, buktinya cabe yang biasa “dimakan” sehari-hari saja berada di ke-4.
Tingkat kepedasan cabai dapat di ukur dengan menggunakan skala Scoville Heat Unit. Skala ini ditemukan pada tahun 1912 oleh seorang ahli kimia berkebangsaan Amerika, Wilbur Scoville dengan menggunakan metode Scoville Orgaoleptic Test. Metodenya cukup sederhana, yaitu dengan mencampur ekstrak cabai dengan air gula. Campuran ini kemudian di ukur kepedasannya oleh para panelis yang biasanya terdiri dari 5 orang. Air gula akan di tambahkan secara terus menerus hingga rasa pedas tidak terdeteksi oleh para panelis tersebut.
Tingkat pencampuran itu memberikan ukuran bagi skala Scoville ini. Cabai manis yang tidak mengandung capsaicin sama sekali, pada skala Scoville nilainya nol. Sebaliknya, cabai yang mempunyai peringkat 300.000 menunjukkan bahwa ekstraknya harus dicampurkan 300.000 kali lipat sebelum capsaicin yang hadir di dalamnya tidak terasa lagi. Metode ini masih memiliki kekurangan karena adanya potensi subyektivitas dari panelis yang menguji.
Lada Barra