Butterfly

Selasa, 24 April 2012

Kasus Bunuh Diri Di Hutan Aokigahara











Bunuh diri telah menjadi masalah pelik bagi Pemerintah Jepang. Berdasarkan data dari 

pemerintah Negeri Sakura tersebut pada 2008 saja terjadi 2.305 kasus. Jumlahnya meningkat 15 persen pada 2009. Terhitung bulan Januari, 2.645 orang telah melakukan bunuh diri.
Adalah hutan Aokigahara menjadi tempat yang sangat identik dengan mereka yang ingin mengakhiri hidup. Terletak di kaki gunung Fuji, hutan tersebut memiliki luas 32 kilo meter. Saking luasnya ia dijuluki ‘lautan pohon’. Sejatinya Aokigahara menjadi destinasi favorit bagi para pelancong tukberwisata lantaran memiliki batuan yang indah dan gua gua es.
Namun yang muncul kemudian adalah  kabar tak sedap. Sejak dekade 50an telah terjadi lebih dari 500 kasus bunuh diri disana. Dari tahun ke tahun jumlah mayat yang ditemukan pun meningkat. pada 2003, 78 tubuh tanpa nyawa ditemukan gantung diri dan membusuk. Selang beberapa tahun, tepatnya pada 2002 jumlahnya naik menjadi 78. Adapun pada 2003 ditemukan 100 mayat. Mengapa pula Aokigahara dijadikan tempat bunuh diri? Bisa jadi hal ini berkaitan dengan kebiasaan masa lalu masyarakat setempat yang disebut dengan ubasute. Yakni  Ritual menyepi hingga ajal yang dilakukan sejak abad 19.
Taro adalah satu dari sekian banyak orang yang melakukan bunuh diri disana.  Pria yang menjadi korban PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dari pabrik baja tempatnya bekerja ini, merasa hidupnya tak lagi berarti. “Saya sudah kehilangan jati diri sehingga tak mau lagi berada di dunia ini. Oleh karena itulah saya ke sana,” Ujar pria yang enggan menyebut nama lengkapnya itu.
Iapun memutuskan tuk memotong urat nadi diujung pergelangan tangannya. Beruntung bagi Taro karena ia tak tewas. Dirinya terkapar selama berhari hari dengan mengalami dehidrasi, kelaparan dan radang dingin. Kemudian seorang Pendaki yang tak sengaja tersandung oeh tubuhnya menolong Taro.
Kesan angker hutan Aokigahara lebih jauh membuat  Seicho Matsumoto tergerak untuk menulis Novel berjudul Koroi Jukai pada 1960. Mengisahkan dua orang kekasih yang berkomitmen mengakhiri hidup di hutan itu atas dasar cinta. Sedang Sutradara Takimoto Tomoyuku membesut film Jyukai. Senada dengan novel Matsumoto, film ini pun bercerita tentang empat orang yang menutuskan untuk bunuh diri tempat yang sama.