Bunuh diri telah menjadi masalah pelik bagi Pemerintah Jepang. Berdasarkan data dari
pemerintah Negeri
Sakura tersebut pada 2008 saja terjadi 2.305 kasus. Jumlahnya meningkat 15
persen pada 2009. Terhitung bulan Januari, 2.645 orang telah melakukan bunuh
diri.
Adalah hutan Aokigahara menjadi
tempat yang sangat identik dengan mereka yang ingin mengakhiri hidup. Terletak
di kaki gunung Fuji, hutan tersebut memiliki luas 32 kilo meter. Saking luasnya
ia dijuluki ‘lautan pohon’. Sejatinya Aokigahara menjadi destinasi favorit bagi
para pelancong tukberwisata lantaran
memiliki batuan yang indah dan gua gua es.
Namun yang muncul kemudian adalah
kabar tak sedap. Sejak dekade 50an telah terjadi lebih dari 500 kasus
bunuh diri disana. Dari tahun ke tahun jumlah mayat yang ditemukan pun
meningkat. pada 2003, 78 tubuh tanpa nyawa ditemukan gantung diri dan membusuk.
Selang beberapa tahun, tepatnya pada 2002 jumlahnya naik menjadi 78. Adapun
pada 2003 ditemukan 100 mayat. Mengapa pula Aokigahara dijadikan tempat bunuh
diri? Bisa jadi hal ini berkaitan dengan kebiasaan masa lalu masyarakat
setempat yang disebut dengan ubasute. Yakni Ritual menyepi
hingga ajal yang dilakukan sejak abad 19.
Taro adalah satu dari sekian
banyak orang yang melakukan bunuh diri disana. Pria yang menjadi korban
PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dari pabrik baja tempatnya bekerja ini, merasa
hidupnya tak lagi berarti. “Saya sudah kehilangan jati diri sehingga tak mau
lagi berada di dunia ini. Oleh karena itulah saya ke sana,” Ujar pria yang
enggan menyebut nama lengkapnya itu.
Iapun memutuskan tuk memotong
urat nadi diujung pergelangan tangannya. Beruntung bagi Taro karena ia tak
tewas. Dirinya terkapar selama berhari hari dengan mengalami dehidrasi,
kelaparan dan radang dingin. Kemudian seorang Pendaki yang tak sengaja
tersandung oeh tubuhnya menolong Taro.
Kesan angker hutan Aokigahara
lebih jauh membuat Seicho Matsumoto tergerak untuk menulis Novel berjudul Koroi
Jukai pada 1960. Mengisahkan dua orang kekasih yang berkomitmen mengakhiri
hidup di hutan itu atas dasar cinta. Sedang Sutradara Takimoto Tomoyuku
membesut film Jyukai. Senada dengan novel Matsumoto, film ini pun
bercerita tentang empat orang yang menutuskan untuk bunuh diri tempat yang
sama.