Butterfly

Kamis, 26 April 2012

BEBERAPA HAL DALAM PSIKOLOGI YANG HARUS ANDA SIMAK BAIK-BAIK

Komputer.
Beban kerja yang banyak tidak jarang membuat kita terpaksa membawa pekerjaan ke rumah. Hasilnya, waktu yang bisa kita gunakan untuk berisitirahat dan bercengkrama bersama keluarga hilang, malah kita habiskan dengan kembali di depan laptop. Riset terbaru menujukkan, saat berada di depan komputer, lengan dan bahu kita langsung jadi tegang dan deru napas pun lebih cepat.

Kamar tidur.
Seharusnya, ruang ini merupakan tempat paling pas untuk kita beristirahat. Oleh karena itu, kita harus bisa menciptakan kamar tidur yang senyaman mungkin. Jangan biasakan untuk meletakkan pakaian bekas di atas tempat tidur, membiarkan  buku dan barang-barang lain berserakan di atas meja samping tempat tidur. Kondisi rumah yang berantakan akan menjadi salah satu faktor yang membuat kita sulit bahagia, hingga akhirnya berujung depresi. Dibanding membiarkannya terus menumpuk dan membuat kita semakin malas membereskannya, maka biasakan untuk membuat kamar tidur kita selalu dalam kondisi rapi dan bersih.

Sahabat kecil.
Sejatinya memiliki binatang peliharaan akan membuat hidup kita lebih berwarna dan bahagia. Tapi tidak, ketika sahabat kecil kita sudah mulai ‘bertingkah’ hingga mengganggu pola tidur kita, membuat rumah berantakan, dan menggonggong setiap malam. Segeralah bawa ke dokter hewan. Karena itu bisa menjadi pertanda ada yang bermasalah denggan tubuh hewan peliharaan kita, yang membuatnya gelisah. Atau, kita bisa menyewa pelatih anjing yang bisa mengajari piaraan kita untuk bersikap lebih baik. (Christina/Astrid Anastasia)

PRIA KURUS RENTAN BUNUH DIRI
Keinginan bunuh diri memang bisa muncul pada siapa saja, terutama mereka yang mengalami depresi. Namun dalam sebuah studi yang dilakukan di Swedia terungkap bahwa pria bertubuh kurus punya kecenderungan bunuh diri lebih besar dibanding pria yang tubuhnya lebih berisi.
Setelah menganalisa catatan medis 18.277 pria yang melakukan bunuh diri, para peneliti dari Swedia menemukan bahwa pria yang kurus justru 12 persen lebih banyak yang melakukan bunuh diri dibanding pria yang bobot tubuhnya rata-rata atau pria yang kegemukan.
Penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Epidemiology ini selaras dengan hasil studi sebelumnya yang menemukan kaitan antara indeks massa tubuh dengan risiko bunuh diri.
Dr.Finn Rasmussen dari Karolinska Institute di Stockholm mengatakan belum diketahui alasan pasti dari kecenderungan bunuh diri pria kurus, namun ia menduga hal itu berkaitan dengan insulin yang memang berpengaruh pada hormon serotonin yang bisa memengaruhi mood seseorang.
"Keinginan bunuh diri meningkat seiring dengan naiknya sensitivitas insulin, termasuk juga dengan rendahnya nilai BMI," kata Rasmussen. Ia menambahkan, pria yang berat badannya kurus mungkin juga menderita akibat imej diri yang buruk karena fisik yang kecil sering dikaitkan dengan pria lemah.

AKUI PEKERJAAN YANG BIKIN STRES
Siapa pun pasti merasakan adanya tekanan dalam bekerja. Bahkan, stres sudah menjadi "makanan" sehari-hari para pekerja, terutama bagi mereka yang bertipe pekerja keras dan sibuk dengan peraihan prestasi. Namun ada fakta menarik bahwa sebagian besar pekerja tidak mau mengakui bahwa mereka stres.
Dalam sebuah penelitian mengenai kesehatan mental, diketahui bahwa 1 dari 5 pekerja mengambil cuti sakit karena stres. Namun, mayoritas pekerja itu tidak mau mengakui bahwa mereka sebenarnya butuh jeda karena stres.
Alasan favorit yang mereka ungkapkan kepada atasan dan rekan kerja adalah gangguan pencernaan, pusing, atau minta izin cuti karena ada keluarga yang sakit. Menurut penelitian yang dilakukan di Inggris tersebut, para pekerja rupanya masih menganggap tabu untuk mengakui tekanan pekerjaan membuat stres. Mereka malah ingin menyembunyikan stres yang dirasakan itu dari atasan.
Sebanyak 7 dari 10 pekerja yang disurvei mengatakan mereka "curhat" kepada rekan kerja mengenai tekanan pekerjaan. Namun, sepertiganya menjawab lebih suka jika atasan mereka mengambil langkah lebih dulu jika melihat bawahannya terlihat stres.
Studi-studi menunjukkan bahwa stres yang dibiarkan bisa melemahkan sistem pertahanan tubuh kita sehingga kita mudah sakit. Penelitian para ahli dari Royal College of Psychiatrist mengungkapkan, para pemilik bisnis mengalami kerugian 8,4 miliar poundsterling (sekitar Rp 115 triliun) per tahun karena absennya para pekerja yang diakibatkan gangguan stres.
Menurut Paul Farmer, Direktur Mind, perusahaan riset, kebanyakan orang tidak mampu mengelola stres yang dia rasakan di tempat kerja. "Fakta bahwa kebanyakan orang tidak mau mengakui stresnya dan tidak mencari solusi harus menjadi perhatian para pemilik bisnis," katanya.
Ia menambahkan, bila seseorang tidak mau mengakui tekanan yang dia alami, masalahnya akan terus menumpuk dan menjadi bola salju. "Hal ini akan menyebabkan rendahnya produktivitas dan tingginya angka cuti karena sakit," paparnya.
Stres yang dibiarkan juga akan membuat seseorang mudah marah, letih, dan tidak produktif. "Mengakui kita stres karena beban kerja masih tabu bagi banyak orang. Namun, berpura-pura tidak ada masalah justru akan membuatnya bertambah buruk," katanya.


PENYAKIT YANG TIMBUL AKIBAT STRES

Stres pada dasarnya merupakan proses normal tubuh dalam mengatasi ancaman emosional maupun tantangan. Respon terhadap stres berfungsi melindungi organ tubuh dan bisa meningkatkan ketahanan fisik. Namun stres yang berkepanjangan bisa berakibat fatal.

Stres yang berlangsung terus menerus, semisal tekanan kerja, rasa kesal karena macet atau pertengkaran dengan orang lain, menjadi stresor kronik, mekanisme fight orflight (respon lawan atau lari) yang harusnya bersifat sementara menjadi terus menerus ada. Ketegangan berkepanjangan ini bisa menghasilkan kondisi-kondisi yang menganggu kesehatan.
Kesuburan terganggu

Hal ini tentu menjadi kabar buruk bagi pasangan yang sedang menanti buah hati. Penelitian menunjukkan hormon stres akan mengganggu produksi testosteron sehingga jumlah sel sperma yang dihasilkan berkurang. Padahal, agar terjadi pembuahan kualitas dan jumlah sel sperma harus terjaga.
Kabar baiknya adalah penurunan jumlah sperma ini bisa dikoreksi bila Anda segera mengatasi stres yang dialaminya. Bila Anda sedang dalam program untuk hamil, lakukan kegiatan olahraga dan rileksasi untuk mengurangi kadar stres.
Gangguan kulit
Kondisi kulit dan stres bagaikan dua sahabat karib. Stres bisa memicu gangguan keseimbangan lemak di bagian epidermis kulit sehingga mudah terjadi infeksi bakteri. Beberapa penelitian menunjukkan kaitan antara penyakit kulit, seperti eksim dan psoriasis dengan stres.
Obesitas

Sebagian besar orang dewasa yang menderita obesitas adalah orang-orang yang stres. Menyantap makanan sering menjadi pelarian dari emosi yang dirasakan, akibatnya berat badan terus melambung. Stres juga bisa membuat perut lebih cepat terasa lapar, bahkan tak lama setelah menghabiskan satu piring makanan.
Memicu asma

Meski serangan asma terjadi secara mendadak, namun sebenarnya lebih sering terjadi dalam situasi penuh ketegangan. Ketegangan dan serangan panik juga bisa menyebabkan sesak napas dan memperburuk serangan asma.
Penyakit autoimun

Mekanisme fight or flight respon saat tubuh merasakan adanya ancaman sebenarnya salah satu sistem pertahanan terbaik bagi tubuh karena membuat kita lebih siaga, gesit dan menaikkan kecepatan reaksi. Sayangnya tubuh kita tidak mampu mengenali perbedaan ancaman fisik dan mental.
Penelitian menunjukkan stres akan mengurangi keampuhan sistem kekebalan kita. Apa sebabnya? Stres membuat ketidakseimbangan pada sistem imun karena sel-sel penjaga keamanan dalam darah kita menjadi lesu sehingga virus yang menyerang akan mengalahkan kita tanpa perlawanan.

Hipertensi dan penyakit jantung
Kaitan antara stres kronik dengan penyakit jantung bisa dilihat pada hasil studi mengenai pasangan yang menikah. Para lajang secara statistik lebih cepat meninggal daripada orang yang menikah karena mereka tidak memiliki dukungan emosi.
Keadaan tertekan atau stres juga dapat memicu peningkatan hormon adrenalin dan kortisol, membuat orang memiliki kebiasaan makan kurang baik, merokok, dan berhenti berolahraga. Jika tidak ditanggulangi berpotensi menjadi faktor risiko hipertensi.

Migren dan sakit kepala
aat stres pembuluh darah di area kepala akan melebar sebagai akibat ketidakseimbangan zat-zat kimia. Ketidakseimbangan ini akan memicu rasa sakit dan timbulah migren.


Sumber: Kompas.com