MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
NAMA : Zefanya Putri Listoro
NPM : 17211727
KELAS: 2 EA27
Dosen :Bpk Nurhadi,SE,AK,MM
FAKULTAS
MANAJEMEN EKONOMI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
A. PENDAHULUAN
Dengan
mendefinisikan organisasi sebagai wadah tempat di mana dua orang atau lebih
bekerja sama untuk mencapai tujuan, maka dapat dipastikan bahwa tanpa tujuan
tidak perlu ada organisasi. Tujuan organisasi bermacammacam, tergantung dari
banyaknya pihak yang berkepentingan (stakeholder) dengan kehadiran organisasi
itu. Pihak-pihak yang berkepentingan itu antara lain, terdiri atas para
pemegang saham, karyawan, pemasok, pemakai, pemerintah, dan masyarakat. Tujuan
organisasi bagi pemegang saham adalah untuk meningkatkan keuntungan. Bagi
konsumen adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan, bagi masyarakat adalah
untuk meningkatkan rasa tangung jawab kepada masyarakat, dan bagi pemerintah
adalah untuk meningkatkan penerimaan pajak. Bagi karyawan adalah untuk
meningkatkan kepuasan kerja karyawan agar pada gilirannya dapat meningkatkan
prestasi kerja karyawan dan juga kinerja organisasi.
Untuk
mencapai tujuan atau tujuan-tujuan tersebut perlu ada kegiatan dan untuk
melaksanakan kegiatan itu diperlukan sumber daya, seperti misalnya sumber daya
keuangan, fisik, teknologi, dan sumber daya manusia (SDM). Keberadaan SDM dalam
sebuah organisasi sangat penting karena mereka yang memprakarsai terbentuknya
organisasi, mereka yang berperan membuat keputusan untuk semua fungsi dan
mereka juga yang berperan dalam menentukan kelangsungan hidup organisasi itu.
Namun, sumber daya manusia tersebut tidak dengan sendirinya tertarik untuk mau
menjadi anggota dari sebuah organisasi dan bukan organisasi yang lain, dan
setelah bergabung mereka juga tidak dengan sendirinya dapat berprestasi.
Prestasi
kerja karyawan ditentukan oleh keinginan dan kemampuan mereka. Untuk itu
pertanyaan yang perlu dijawab adalah tentang siapa yang bertanggung jawab untuk
memberdayakan sumber daya manusia (SDM) yang ada dan apa yang mereka harus
lakukan agar SDM mempunyai keinginan dan kemampuan untuk berprestasi. Pada
hakikatnya, semua manajer diharapkan dapat menjadi pemimpin dan yang mereka
pimpin adalah manusia, sehingga dapat dikemukakan bahwa setiap manajer bertanggungjawab
untuk memberdayakan bawahannya. Selanjutnya, apa yang mereka lakukan dalam
rangka pemberdayaan SDM tersebut tergantung kepada faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi kerja karyawan yang bersangkutan. Telah dikemukakan bahwa
prestasi kerja karyawan dipengaruhi oleh kemampuan dan kemauannya.
Ketidakmampuan yang tidak lain adalah disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian
antara kualifikasi yang dimiliki karyawan dengan persyaratan yang dibutuhkan oleh
pekerjaannya dapat diatasi dengan memberikan pendidikan atau pelatihan.
Sedangkan ketidakmauan mereka dapat dikurangi dengan memberikan dorongan
berupa penghargaan.
Namun,
perlakuan atau pemberian tersebut hanya akan efektif jika mereka merasa puas
terhadap perlakuan itu. Kepuasan terhadap perlakuan tersebut dapat mereka
rasakan apabila mereka merasakan adanya keadilanr dalam pelaksanaannya. Dengan
kata lain, prestasi karyawan dipengaruhi oleh adanya kepuasan kerja dan
kepuasan kerja itu dipengaruhi oleh adanya keadilan di tempat kerja, yaitu
keadilan dalam pelaksanaan setiap fungsi operasional MSDM yang mencakup
keadilan dalam seleksi, penilaian prestasi kerja, penentuan peserta training,
promosi, kompensasi, dan pemutusan hubungan kerja.
Secara
umum dapat dipahami bahwa keadilan di tempat kerja dapat dirasakan oleh
karyawannya apabila perlakuan yang mereka terima di tempat kerja memuaskan dan
perlakuan itu dapat memuaskan apabila kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
sumber daya tersebut dapat dikelola dengan baik. Lebih lanjut diketahui pula
bahwa kepuasan kerja dapat mempengaruhi komitmen organisasi dan kedua konsep
ini dipengaruhi oleh karakteristik organisasi, karakteristik pekerjaan, dan
karakteristik individu (Panggabean, 2001, 2002).
Oleh
karena itu, setelah membaca buku ini, diharapkan para peneliti maupun praktisi
dapat memperoleh pemahaman tentang cara bagaimana mengelola kegiatan-kegiatan
tersebut agar terasa adil dan bagaimana hubungannya dengan sikap, perilaku, dan
keberhasilan organisasi.
Uraian
dalam bab ini diawali dengan penjelasan tentang arti pentingnya pengelolaan
(manajemen) dan diikuti oleh penjelasan tentang arti pentingnya manajemen
sumber daya berikut fungsi-fungsi operasionalnya yang memerlukan pengelolaan
dan pengertian dari variabel-variabel penting lainnya yang mempengaruhi
keberhasilan organisasi. Sedangkan uraian dari arti pentingnya dan cara
bagaimana mengelola setiap fungsi operasional itu akan diuraikan dalam bab-bab
selanjutnya.
1.Apa
itu Manajemen ?
Apa
itu manajemen Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement,
yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur.Manajemen belum
memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal.
Manajemen
merupakan sebuah prosess yang terdiri atas fungsi-fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pemimpinari, dan pengendalian kegiatan sumber daya manusia
dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
efisien. Paling tidak manajemen dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang
terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian karena apa yang
direncanakan harus dilaksanakan dalam pelaksanaan paling tidak ada kegiatan
untuk menyesuaikan rencana dengan struktur organisasi dan gaya kepemimpinan,
dan selanjutnya apa yang dilaksanakan perlu dikendalikan untuk menjamin agar
pelaksanaan sesuai dengan rencana.
Mary
Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer
bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Ricky
W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai
sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada
dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Berikut pengertian
manajemen menurut beberapa ahli :
·
Manajemen
adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian,penyusunan,pengarahan dan
pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. (By : Drs. Oey Liang Lee )
·
Manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunakan sumberdaya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi tang telah ditetapkan. (By :
James A.F. Stoner)
·
Manajemen
merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan
serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya
manusia dan sumberdaya lainnya. (By : R. Terry )
·
Manajemen
adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain.(By :
Lawrence A. Appley)
·
Manajemen
adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.
(By : Horold Koontz dan Cyril O’donnel )
TUJUAN MANAJEMEN
SUMBER DAYA MANUSIA
Tujuan
manajemen SDM adalah menigkatkan kontribusi produktif orang-orang yang ada
dalam perusahaan melalui sejumlah cara yang bertanggung jawab secara strategis,
etis, dan sosial. Departemen SDM dikatakan penting karena departemen tersebut
tidak mengontrol banyak factor yang membentuk andil SDM misalnya : modal, bahan
baku, dan prosedur. Departemen ini tidak memutuskan masalah strategi atau
perlakuan supervisor terhadap karyawan, meskipun departemen tersebut
jelas-jelas memengruhi kedua-duanya. Manajemen SDM mendorong para manajer dan
tiap karyawannya untuk melaksanakan strategi yang telah diterapkan oleh
perusahaan. Untuk mendukung para pimpinan yang mengoperasikan
departemen-departemen atau unit-unit organisasi dalam perusahaan sehingga
manajemen SDM harus memiliki sasaran, seperti :
1. Sasaran
Manajemen sumber daya manusia
a. Sasaran
perusahaan
Departmen
SDM di ciptakan untuk dapat membantu para manajer dalam mencapai sasaran
perusahaan, dalam hal ini antara lain : perencanaan SDM, seleksi, pelatihan,
pengembangan, pengangkatan, penempatan, penilaian, hubungan kerja.
b. Sasaran
Fungsional
Sasaran
ini untuk mempertahankan kontribusi departemen SDM pada level yang cocok
bagi berbagai kebutuhan perusahaan, seperti : pengangkatan, penempatan, dan
penilaian
c. Sasaran
sosial
Sasaran
sosial ini meliputi : keuntungan perusahaan, pemenuhan tuntutan hokum, dan
hubungan manajemen dengan serikat pekerja.
d. Sasaran
pribadi karyawan
Untuk
membantu para karyawan mencapai tujuan-tujuan pribadi mereka, setidaknya sejauh
tujuan-tujuan tersebut dapat meningkatkan kontribusi individu atas perusahaan.
2. Aktivitas
manajemen sumber daya manusia
a. Kunci
aktivitas SDM
Kalangan
perusahaan kecil sekalipun bisa jadi tidak memiliki departemen SDM, dan mereka
yang memiiki departemen pun, kemungkinan mengalami kekurangan anggaran dalam
jumlah yang besar dan jumlah staff yang tidak memadai.
b. Tanggung
jawab atas aktivitas MSDM
Tanggung
jawab atas aktivitas manajemen SDM berada di pundak masing-masing manajer.
2.Fungsi
Fungsi Manjemen
Dalam
Manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat di dalamnya. Pada
umumnya ada empat (4) fungsi manajemen yang banyak dikenal masyarakat yaitu
fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi
pengarahan (directing) dan fungsi pengendalian (controlling). Untuk fungsi
pengorganisasian terdapat pula fungsi staffing (pembentukan staf). Para manajer
dalam organisasi perusahaan bisnis diharapkan mampu menguasai semua fungsi
manajemen yang ada untuk mendapatkan hasil manajemen yang maksimal.
Di
bawah ini akan dijelaskan arti definisi atau pengertian masing-masing fungsi
manajemen
1.Fungsi Perencanaan
/ Planning
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan.
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan.
Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan
membuat tujuan perusahaan dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut.
Rencana
dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah
rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu
organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus
dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana
formal merupakan rencana bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota
harus mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk
mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus
dilakukan.
Kegiatan dalam Fungsi Perencanaan :
- Menetapkan tujuan dan target bisnis
- Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut
- Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan
- Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis.
Kegiatan dalam Fungsi Perencanaan :
- Menetapkan tujuan dan target bisnis
- Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut
- Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan
- Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis.
2. Fungsi
Pengorganisasian / Organizing
Proses
yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam
perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh,
sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa
semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna
pencapaian tujuan organisasi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengorganisasian :
- Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan
- Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggungjawab
- Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia/tenaga kerja
- Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat
Fungsi pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan.
Kegiatan dalam Fungsi Pengorganisasian :
- Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan
- Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggungjawab
- Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia/tenaga kerja
- Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat
Fungsi pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan.
3. Fungsi
Pengarahan / Directing / Leading
Proses
implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi
serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan
tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi :
- Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
- Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
- Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya.
Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi :
- Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
- Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
- Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya.
4. Fungsi
Pengendalian / Controling
Proses
yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah
direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai
dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam
lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengawasan dan Pengendalian :
- Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan
- Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan
- Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target bisnis
Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan.
Kegiatan dalam Fungsi Pengawasan dan Pengendalian :
- Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan
- Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan
- Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target bisnis
Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan.
3.Pengertian
Sumber Daya Manusia
Pengertian MSDM
Pengertian MSDM
·
MSDM
(Manajemen Sumber Daya Manusia) adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan
peranan tenaga kerja secara efisien dan efektif sehingga tercapai tujuan
bersama perusahaan,karyawan dan masyarakat.
·
Sumber
Daya Manusia(SDM) adalah manusia yang bekerja dilingkungan suatu
organisasi(disebut juga personil, tenagakerja, pekerja atau karyawan).
·
Sumber
Daya Manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalamme
wujudkan eksistensinya.
·
Sumber
Daya Manusia(SDM) adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai
modal (non material/non finansial) didalam organisasi bisnis, yang dapat
diwujudkan menjadi potensinyata(real) secara fisik dan non fisikdalam
mewujudkan eksistensi organisasi.
Pengertian
Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut :
·
Mary
Parker Follett
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu seni untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-oranglain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu seni untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-oranglain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.
·
Edwin
B. Flippo
ManajemenSumberDayaManusiaadalahperencanaan, pengorganisasian, pengarahandanpengawasankegiatan-kegiatanpengadaan, pengembangan, pemberiankompensasi, pengintegrasian, pemeliharaandanpelepasansumberdayamanusiaagar tercapaiberbagaitujuanindividu, organisasidanmasyarakat
ManajemenSumberDayaManusiaadalahperencanaan, pengorganisasian, pengarahandanpengawasankegiatan-kegiatanpengadaan, pengembangan, pemberiankompensasi, pengintegrasian, pemeliharaandanpelepasansumberdayamanusiaagar tercapaiberbagaitujuanindividu, organisasidanmasyarakat
·
Fustino
Cardoso Gomes
memberikan pengartian yang berbeda, bahwa MSDM
adalah : “Suatu gerakan pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai
sumber daya yang cukup potensial yang perlu dikembangkan sedemikian rupa
sehingga mampu memberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi dan bagi
pengembangan dirinya”.
·
Mathis
dan Jackson
adalah rancangan sistem-sistem
formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara
efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.
4.Fungsi
Fungsi Operasional SDM
Fungsi
operasional dalam Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan basic (dasar)
pelaksanaan proses MSDM yang efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan
organisasi/perusahaan. Fungsi operasional tersebut terbagi 5 ( lima ), secara
singkat sebagai berikut:
Fungsi
Pengadaan
adalah
proses penarikan ,seleksi,penempatan,orientasi,dan induksi untuk mendapatkan
karyawan yang sesuai kebutuhan perusahaan.
Fungsi
Pengembangan
adalah
proses peningkatan ketrampilan teknis,teoritis,konseptual, dan moral karyawan
melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan latihan yang diberikan harus
sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
Fungsi
Kompensasi
adalah
pemberian balas jasa langsung dan tidak lansung berbentuk uang atau barang
kepada karyawan sebagai imbal jasa (output) yang diberikannya kepada
perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak sesuai prestasi dan
tanggung jawab karyawan tersebut.
Fungsi
Pengintegrasian
adalah
kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan,
sehingga tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. Dimana
Pengintegrasian adalah hal yang penting dan sulit dalam MSDM, karena 2
mempersatukan dua aspirasi/kepentingan yang bertolak belakang antara karyawan
dan perusahaan.
Fungsi
Pemeliharaan
adalah
kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas
karyawan agar tercipta hubungan jangka panjang. Pemeliharaan yang baik
dilakukan dengan program K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
5.Variabel
Variable Lain Yang Mempengaruhi Keberhasilan Organisasi
Dari
uraian di atas dapat diketahui selain keadilan dalam mengelola SDM keberhasilan
organisasi juga di pengaruhi oleh karakteristik organisasi, karakteristik
pekerjaan, karakteristik individu, sikap dan perilaku karyawan, secara langsung
maupun tidak langsung
A.Karakteristik
individu
karakter
individu terdiri atas jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, masa kerja,
status perkawinan,, jumlah tanggungan, dan posisi, peneliti peneliti dalam
bidang manajemen SDM dan perilaku
organisasi banyak melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik individu dengan sikap dan
perilaku karyawan (panggabean,2001;2002)
B.Karekteristik
organisasi
Karakteristik
organisasi meliputi kompleksitas , formalisasi ,dan sentralisasi kompleksitas
mencerminkan jumlah unit yang ada dalam organisasi formalisasi merujuk kepada
banyaknya pelaksanaan tugas yang bersandarkan kepada peraturan , sedangkan
sentralisasi di definisikan sebagai siapa yang dapat mengambil keputusan
(pemimpin atau pelaksana) sentralisasi ada jika keputusan di tangan pemimpin,
sebaliknya akan di katakana ada desentralisasi jika jawaban tentang apa,
bagaimana, kapan, dan dengan siapa pekerjaan akan dilaksanakan diputuskan oleh
pelaksana semakin banyak pertanyaan itu dapat di jawab sendiri oleh pelaksana
maka semakin dapat dikatakan ada desentralisasi, bagaiman pengaruh
karakteristik organisasi terhadap sikap dan perilaku karyawan banyak di lakukan
oleh para peneliti di bidang teori organisasi dan perilaku organisasi (Melcher
1976)
C.Karakteristik pekerjaan
Karakteristik
pekerjaan terdiri atas keanekaragaman tugas, identitas tugas, keberartian
tugas,otonomi dan umpan balik berbagai
penelitian dalam bidang manajemen SDM dan perilaku organisasi banyak meneliti hubungan antara karakteristik tugas dan
perilaku berikut di bahas pengertian dari masing masing konsep
- Keanekaragaman tugas
Merujuk kepada adanya kemungkinan
bagi karyawan untuk melaksanakan kegiatan , prosedur, dan bahkan peralatan yang
berbeda pekerjaan yang beraneka ragam biasanya di pandang sebagai pekerjaan
yang menantang karena mereka menggunakan
keterampilan yang mereka milik.
- Identitas tugas
Memungkinkan karyawan mengerjakan
sebuah pekerjaan secara menyeluruh sanagt terspesialisasi cenderung menciptakan
tugas yang rutin dan mengakibatkan
seseorang hanya mengerjakan satu bagian saja dari keseluruhan pekerjaan , hal
ini menimbulkan adanya perasaan tidak melakukan apa apa oleh karena itu dengan memperluas tugas tugas yang dapat
meningkatkan perasaan mangerjakan seluruh pekerjaan berarti meningkatkan
identitas tugas.
- Keberartian tugas
Merujuk kepada besarnya pengaruh
dari pekerjaan yang di lakukan seseorang terhadap pekerjaan orang lain. Sangat
penting bagi seseorang untuk mempunyai perasaan melakukan pekerjaan yang sangat
berarti bagi perusahaan maupun masyarakat untuk itu adalah penting apabila
pemimpin memberitahukan di depan orang lain bahwa pekerjaannya sangat berarti
bagi perusahaan.
- Otonomi
Merujuk kepada adanya ide bahwa
karyawan dapat mengendalikan sendiri
tugas tugasnya hal ini penting untuk menimbulkan rasa tanggung jawab .cara yang
umum di pakai adalah melalui manajemen berdasarkan sasaran.karena dengan cara
ini karyawan memiliki kesempatan untuk menentukan sendiri tujuan pribadi dan
tujaun kerjanya.
- Umpan balik
Merujuk kepada informasi yang
diterima oleh pekerja tentang seberapa baiknya ia melaksanakan tugasnya .
penelitian tentang hubungan karakteristik pekerjaan dengan sikap dan perilaku
organisasi banyak dilakukan oleh peneliti di bidang MSDM dan perilaku
organisasi
6.Sikap
Kerja
Manajemen
Sumber Daya manusia. Didalam kamus bahasa Indonesia menjelaskan sikap
adalah perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pendirian (Wjs.
Poerwadarminta,2002:944).
Sedangkan kerja adalah melakukan sesuatu (Wjs. Poerwadarminta, 2002:492). Menurut pengertian dari Agus Maulana, sikap kerja karyawan adalah cara kerja karyawan didalam mengkomunikasikan suasana karyawan kepada pimpinan ataupun perusahaan. Karyawan merasakan adanya kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan.
Loyal adalah patuh, setia (Wjs. Poerwadarminta, 2002:609). Dari pengertian diatas, kesimpulannya adalah suatu kecenderungan karyawan untuk pindah ke perusahaan lain. Apabila karyawan bekerja pada suatu perusahaan, dan perusahaan tersebut telah memberikan fasilitas – fasilitas yang memadai dan diterima oleh karyawannya, maka kesetiaan karyawan terhadap perusahaan akan semakin besar, maka timbul dorongan yang menyebabkan karyawan melakukan pekerjaan menjadi lebih giat lagi.
Fasilitas – fasilitas yang diterima oleh karyawan sehingga karyawan mau bekerja sebaik mungkin dan tetap loyal pada perusahaan, hendaknya perusahaan memberikan imbalan yang sesuai kepada karyawannya. Semua itu tergantung pada situasi dan kondisi perusahaan tersebut serta tujuan yang ingin dicapai.
Untuk itu perusahaan mengemukakan beberapa cara:
a. Gaji yang cukup
b. Memberikan kebutuhan rohani.
c. Sesekali perlu menciptakan suasana santai.
d. Menempatkan karyawan pada posisi yang tepat.
e. Memberikan kesempatan pada karyawan untuk maju.
f. Memperhatikan rasa aman untuk menghadapi masa depan.
g. Mengusahakan karyawan untuk mempunyai loyalitas.
h. Sesekali mengajak karyawan berunding.
i. Memberikan fasilitas yang menyenangkan. (Nitisemito, 1991:167
Sebab – sebab turunnya loyalitas dan sikap kerja itu dikarenakan banyak sebab misalnya, upah yang mereka terima tidak sesuai dengan pekerjaannya, tidak cocoknya dengan gaya perilaku pemimpin, lingkungan kerja yang buruk dan sebagainya. Untuk memecahkan persoalan tersebut, maka perusahaan harus dapat menemukan penyebab dari turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan itu disebabkan pada prinsipnya turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan itu disebabkan oleh ketidakpuasan para karyawan. Adapun sumber ketidakpuasan bisa bersifat material dan non material yang bersifat material antara lain: rendahnya upah yang diterima, fasilitas minimum. Sedangkan yang non material
antara lain: penghargaan sebagai manusia, kebutuhan – kebutuhan yang berpartisipasi dan sebagainya (S. Alex Nitisemito, 1991:167).
Sedangkan kerja adalah melakukan sesuatu (Wjs. Poerwadarminta, 2002:492). Menurut pengertian dari Agus Maulana, sikap kerja karyawan adalah cara kerja karyawan didalam mengkomunikasikan suasana karyawan kepada pimpinan ataupun perusahaan. Karyawan merasakan adanya kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan.
Loyal adalah patuh, setia (Wjs. Poerwadarminta, 2002:609). Dari pengertian diatas, kesimpulannya adalah suatu kecenderungan karyawan untuk pindah ke perusahaan lain. Apabila karyawan bekerja pada suatu perusahaan, dan perusahaan tersebut telah memberikan fasilitas – fasilitas yang memadai dan diterima oleh karyawannya, maka kesetiaan karyawan terhadap perusahaan akan semakin besar, maka timbul dorongan yang menyebabkan karyawan melakukan pekerjaan menjadi lebih giat lagi.
Fasilitas – fasilitas yang diterima oleh karyawan sehingga karyawan mau bekerja sebaik mungkin dan tetap loyal pada perusahaan, hendaknya perusahaan memberikan imbalan yang sesuai kepada karyawannya. Semua itu tergantung pada situasi dan kondisi perusahaan tersebut serta tujuan yang ingin dicapai.
Untuk itu perusahaan mengemukakan beberapa cara:
a. Gaji yang cukup
b. Memberikan kebutuhan rohani.
c. Sesekali perlu menciptakan suasana santai.
d. Menempatkan karyawan pada posisi yang tepat.
e. Memberikan kesempatan pada karyawan untuk maju.
f. Memperhatikan rasa aman untuk menghadapi masa depan.
g. Mengusahakan karyawan untuk mempunyai loyalitas.
h. Sesekali mengajak karyawan berunding.
i. Memberikan fasilitas yang menyenangkan. (Nitisemito, 1991:167
Sebab – sebab turunnya loyalitas dan sikap kerja itu dikarenakan banyak sebab misalnya, upah yang mereka terima tidak sesuai dengan pekerjaannya, tidak cocoknya dengan gaya perilaku pemimpin, lingkungan kerja yang buruk dan sebagainya. Untuk memecahkan persoalan tersebut, maka perusahaan harus dapat menemukan penyebab dari turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan itu disebabkan pada prinsipnya turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan itu disebabkan oleh ketidakpuasan para karyawan. Adapun sumber ketidakpuasan bisa bersifat material dan non material yang bersifat material antara lain: rendahnya upah yang diterima, fasilitas minimum. Sedangkan yang non material
antara lain: penghargaan sebagai manusia, kebutuhan – kebutuhan yang berpartisipasi dan sebagainya (S. Alex Nitisemito, 1991:167).
Indikasi
– indikasi turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawanantara lain
1. Turun/ rendahnya produktivitas kerja.
Turunnya produktivitas kerja ini dapat diukur atau diperbandingkan dengan waktu sebelumnya. Produktivitas kerja yang turun ini dapat terjadi karena kemalasan atau penundaan kerja
2. Tingkat absensi yang naik.
Pada umumnya bila loyalitas dan sikap kerja karyawan turun, maka karyawan akan malas untuk datang bekerja setiap hari. Bila ada gejala – gejala absensi naik maka perlu segera dilakukan penelitian.
3. Tingkat perpindahan buruh yang tinggi.
Keluar masuknya karyawan yang meningkat tersebut terutama adalah karena tidak senangnya para karyawan bekerja pada perusahaan. Untuk itu mereka berusaha mencari pekerjaan lain yang dianggap sesuai. Tingkat perpindahan buruh yang tinggi selain dapat menurunkan produktivitas kerja, juga dapat mempengaruhi kelangsungan jalannya perusahaan.
4. Kegelisahan dimana – mana.
Loyalitas dan sikap kerja karyawan yang menurun dapat menimbulkan kegelisahan sebagai seorang pemimpin harus mengetahui bahwa adanya kegelisahan itu dapat terwujud dalam bentuk ketidak terangan dalam bekerja, keluh kesah serta hal – hal yang lain.
5. Tuntutan yang sering terjadi.
Tuntutan yang sebetulnya merupakan perwujudan dan ketidakpuasan, dimana pada tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan.
6. Pemogokan.
Tingkat indikasi yang paling kuat tentang turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan adalah pemogokan. Biasanya suatu perusahaan yang karyawannya sudah tidak merasa tahan lagi hingga memuncak, maka hal itu akan menimbulkan suatu tuntutan, dan bilamana tuntutan tersebut tidak berhasil, maka pada umumnya para karyawan melakukan pemogokan kerja. (S. Alex Nitisemito,1991:163 – 166).
Pada kategori usia para karyawan yang berbeda menunjukkan aksentuasi loyalitas yang berbeda pula seperti uang diuraikan berikut ini:
a. Angkatan kerja yang usianya di atas lima puluh tahun menunjukkan loyalitas yang tinggi pada organisasi. Mungkin alasan – alasan yang menonjol ialah bahwa mereka sudah mapan dalam kekaryaannya, penghasilan yang memadai, memungkinkan mereka menikmati taraf hidup yang dipandangnya layak. Banyak teman dalam organisasi, pola karirnya jelas, tidak ingin pindah, sudah “terlambat” memulai karier kedua, dan dalam waktu yang tidak terlalu lama akan memasuki usia pensiun. Seperti yang terdapat dalam perusahaan UD. DUTA
RASA, dalam perusahaan ini ada beberapa karyawan tetapnya adalah karyawan dengan umur sekitar 50an dan sudah bekerja cukup lama dalam perusahaan sedangkan para karyawan kontraknya adalah karyawan yang masih muda.
b. Tenaga kerja yang berada pada kategori usia empat puluhan menunjukkan loyalitas pada karir dan jenis profesi yang selama ini ditekuninya. Misalnya, seseorang yang menekuni karir di bidang keuangan akan cenderung “ bertahan” pada bidang tersebut meskipun tidak berarti menekuninya hanya dalam organisasi yang sama. Karena itu pindah ke profesi lain, tetapi bergerak di bidang yang sama, bukanlah merupakan hal yang aneh. Barangkali alasan pokoknya terletak pada hasrat untuk benar – benar mendalami bidang tertentu itu karena latar belakang pendidikan dan pelatihan yang pernah ditempuh, bakat, minat, dan pengalaman yang memungkinkannya menampilkan kinerja yang memuaskan yang pada gilirannya membuka peluang untuk promosi, menambah penghasilan, dan meniti karir secara mantap.
c. Tenaga kerja dalam kategori 30 – 40 tahun menunjukkan bahwa loyalitasnya tertuju pada diri sendiri. Hal ini dapat dipahami karena tenaga kerja dalam kategori ini masih terdorong kuat untuk memantapkan keberadaannya, kalau perlu berpindah dari satu organisasi ke organisasi lain dan bahkan mungkin juga dari satu profesi ke profesi lain. Di samping itu pula didukung oleh tingkat kebutuhan yang semakin lama semakin meningkat tetapi tidak diimbangi dengan pemasukan yang cukup sehingga banyak para pekerja yang mencari pekerjaan lain yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari.
d. Bagi mereka yang lebih muda dari itu, makna loyalitas belum diserapi dan kecenderungan mereka masih lebih mengarah kepada gaya hidup santai, apabila mungkin disertai dengan kesempatan “berhura – hura” Pada kenyataan sehari – hari banyak sekali terjadi kecurangan – kecurangan yang dilakukan oleh para karyawan yang umumnya mempunyai umur relatif muda hal itu juga dipicu oleh tingkat angan – angan yang tinggi, tetapi tidak diiringi oleh tingkat kerajinan yang tinggi dari dalam dirinya sendiri, oleh karena itu tingkat penganggguran semakin lama semakin meningkat (S. Alex Nitisemito, 1991:170-171).
1. Turun/ rendahnya produktivitas kerja.
Turunnya produktivitas kerja ini dapat diukur atau diperbandingkan dengan waktu sebelumnya. Produktivitas kerja yang turun ini dapat terjadi karena kemalasan atau penundaan kerja
2. Tingkat absensi yang naik.
Pada umumnya bila loyalitas dan sikap kerja karyawan turun, maka karyawan akan malas untuk datang bekerja setiap hari. Bila ada gejala – gejala absensi naik maka perlu segera dilakukan penelitian.
3. Tingkat perpindahan buruh yang tinggi.
Keluar masuknya karyawan yang meningkat tersebut terutama adalah karena tidak senangnya para karyawan bekerja pada perusahaan. Untuk itu mereka berusaha mencari pekerjaan lain yang dianggap sesuai. Tingkat perpindahan buruh yang tinggi selain dapat menurunkan produktivitas kerja, juga dapat mempengaruhi kelangsungan jalannya perusahaan.
4. Kegelisahan dimana – mana.
Loyalitas dan sikap kerja karyawan yang menurun dapat menimbulkan kegelisahan sebagai seorang pemimpin harus mengetahui bahwa adanya kegelisahan itu dapat terwujud dalam bentuk ketidak terangan dalam bekerja, keluh kesah serta hal – hal yang lain.
5. Tuntutan yang sering terjadi.
Tuntutan yang sebetulnya merupakan perwujudan dan ketidakpuasan, dimana pada tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan.
6. Pemogokan.
Tingkat indikasi yang paling kuat tentang turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan adalah pemogokan. Biasanya suatu perusahaan yang karyawannya sudah tidak merasa tahan lagi hingga memuncak, maka hal itu akan menimbulkan suatu tuntutan, dan bilamana tuntutan tersebut tidak berhasil, maka pada umumnya para karyawan melakukan pemogokan kerja. (S. Alex Nitisemito,1991:163 – 166).
Pada kategori usia para karyawan yang berbeda menunjukkan aksentuasi loyalitas yang berbeda pula seperti uang diuraikan berikut ini:
a. Angkatan kerja yang usianya di atas lima puluh tahun menunjukkan loyalitas yang tinggi pada organisasi. Mungkin alasan – alasan yang menonjol ialah bahwa mereka sudah mapan dalam kekaryaannya, penghasilan yang memadai, memungkinkan mereka menikmati taraf hidup yang dipandangnya layak. Banyak teman dalam organisasi, pola karirnya jelas, tidak ingin pindah, sudah “terlambat” memulai karier kedua, dan dalam waktu yang tidak terlalu lama akan memasuki usia pensiun. Seperti yang terdapat dalam perusahaan UD. DUTA
RASA, dalam perusahaan ini ada beberapa karyawan tetapnya adalah karyawan dengan umur sekitar 50an dan sudah bekerja cukup lama dalam perusahaan sedangkan para karyawan kontraknya adalah karyawan yang masih muda.
b. Tenaga kerja yang berada pada kategori usia empat puluhan menunjukkan loyalitas pada karir dan jenis profesi yang selama ini ditekuninya. Misalnya, seseorang yang menekuni karir di bidang keuangan akan cenderung “ bertahan” pada bidang tersebut meskipun tidak berarti menekuninya hanya dalam organisasi yang sama. Karena itu pindah ke profesi lain, tetapi bergerak di bidang yang sama, bukanlah merupakan hal yang aneh. Barangkali alasan pokoknya terletak pada hasrat untuk benar – benar mendalami bidang tertentu itu karena latar belakang pendidikan dan pelatihan yang pernah ditempuh, bakat, minat, dan pengalaman yang memungkinkannya menampilkan kinerja yang memuaskan yang pada gilirannya membuka peluang untuk promosi, menambah penghasilan, dan meniti karir secara mantap.
c. Tenaga kerja dalam kategori 30 – 40 tahun menunjukkan bahwa loyalitasnya tertuju pada diri sendiri. Hal ini dapat dipahami karena tenaga kerja dalam kategori ini masih terdorong kuat untuk memantapkan keberadaannya, kalau perlu berpindah dari satu organisasi ke organisasi lain dan bahkan mungkin juga dari satu profesi ke profesi lain. Di samping itu pula didukung oleh tingkat kebutuhan yang semakin lama semakin meningkat tetapi tidak diimbangi dengan pemasukan yang cukup sehingga banyak para pekerja yang mencari pekerjaan lain yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari.
d. Bagi mereka yang lebih muda dari itu, makna loyalitas belum diserapi dan kecenderungan mereka masih lebih mengarah kepada gaya hidup santai, apabila mungkin disertai dengan kesempatan “berhura – hura” Pada kenyataan sehari – hari banyak sekali terjadi kecurangan – kecurangan yang dilakukan oleh para karyawan yang umumnya mempunyai umur relatif muda hal itu juga dipicu oleh tingkat angan – angan yang tinggi, tetapi tidak diiringi oleh tingkat kerajinan yang tinggi dari dalam dirinya sendiri, oleh karena itu tingkat penganggguran semakin lama semakin meningkat (S. Alex Nitisemito, 1991:170-171).
7.Perilaku
Karyawan
Berdasar fitrahnya setiap
manusia dilahirkan sebagai orang bersih. Dia ingin berbuat yang
terbaik bagi dirinya dan juga untuk orang lain serta lingkungannya. Dalam
prosesnya, disamping karena faktor diri sendiri (internal) maka faktor
eksternal sangat mempengaruhi pembentukan perilaku
seseorang: Ada manusia yang berperilaku baik dan ada yang
buruk; Ada yang rendah hati dan ada yang tinggi hati; Ada yang
introvert dan ada yang ekstrovert. Begitu juga dalam nuansa sebagai
pekerja: Ada yang malas dan ada yang rajin; Ada yang produktif dan ada yang
tidak produktif; Ada yang senang pada tantangan kerja dan ada yang menjauhi
tantangan kerja; Ada yang memiliki ambisi pribadi yang kuat dan ada yang lemah.
Pertanyaannya adalah mengapa terjadi keragaman perilaku manusia
khususnya di kalangan
karyawan?
Kenyataan empiris dan praktis menunjukkan bahwa perilaku seseorang, misalnya
dalam pekerjaan yakni produktivitas kerja, dipengaruhi oleh
faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik seperti digambarkan
dalam formula persamaan berikut:
Y
(perilaku) = f ( Xi, Xe ); ceteris paribus.
(1) Unsur
intrinsik (Xi) antara lain:
a)Tingkat
pendidikan
Tingkat
pendidikan seseorang dapat dilihat dari penguasaan pengetahuan, sikap dan
keterampilan dalam penguasaan bidang ilmu tertentu. Dalam hal ini kecerdasan
intelektualnya (misalnya dalam hal menggunakan rumus-rumus matematika) akan
diikuti oleh sikap menghadapi permasalahan dan keterampilan menganalisis, dan
mencari alternatif pendekatan masalah. Semakin tinggi penguasaan derajad
intelektualitasnya maka semakin terbuka kemampuannya untuk meningkatkan
produktivitas kerjanya.
b)Tingkat
pengetahuan
Tingkat
pengetahuan seseorang terkait dengan kompetensi dalam pekerjaannya. Pengetahuan
yang dikuasai tidak terbatas pada bidang ilmu-ilmu “keras” tetapi juga “lunak”
misalnya pengetahuan tentang komunikasi, inisiatif, kreativitas, dan konflik.
Selain itu, penguasaan pengetahuan tentang emosional dan spiritual dinilai
penting. Semakin tinggi tingkat pemahaman seseorang (terhadap
ilmu-ilmu keras dan lunak) maka semakin tinggi daya
inovatif dan produktifitas kerjanya.
c) Tingkat
ketrampilan
Tingkat
keterampilan terkait dengan penguasaan penerapan ilmu dan pengetahuan dan
teknologi yang dimiliki seseorang yang dipraktekkan dalam pekerjaannya. Sama
halnya dengan tingkat pengetahuan maka penguasaan segi praktis di dalam
menerapkan ilmu-ilmu keras dan lunak dalam dunia nyata akan membantu seseorang
untuk mampu meningkatkan produktivitas kerjanya. Misalnya, seseorang yang
memiliki kemampuan berkomunikasi untuk mengatasi konflik (horisontal dan
vertikal) dengan orang lain, biasanya dapat diterima secara sosial.
Dengan kata lain dia memperoleh pengakuan sosial dan menjadi pendorong baginya untuk
meningkatkan kinerjanya.
d)Sikap-motivasi
terhadap kerja
Sikap-motivasi
seorang karyawan terhadap pekerjaannya berpengaruh terhadap kinerja yang
dicapainya. Makin tinggi penghargaan dan dorongan seseorang terhadap
pelaksanaan pekerjaanya semakin tinggi kinerjanya. Dorongan ini dapat terjadi
karena adanya unsur sudut pandang yang positif terhadap pekerjaan, dorongan
untuk mencari nafkah dan karir, dan dorongan untuk memperoleh pengakuan sosial
dan pencapaian harga diri serta aktualisasi diri.
e)Tingkat
pengalaman kerja
Pengalaman
seseorang dalam bekerja merupakan akumulasi dari keberhasilan dan kegagalan
serta gabungan dari kekuatan dan kelemahan di dalam melaksanakan pekerjaannya.
Dari pengalaman tersebut, seseorang memperoleh pembelajaran untuk berperilaku
yang lebih baik. Dengan demikian, pengalaman kerja merupakan kondisi yang
digunakan oleh seseorang di dalam proses umpanbalik untuk meningkatkan mutu
perencanaan, pelaksanaan dan hasil pekerjaannya. Hipotesisnya adalah semakin
banyak pengalaman kerja sesorang maka semakin tinggi pengetahuan,
sikap dan keterampilannya dalam bekerja yang pada gilirannya akn mampu
meningkatkan produktivitas kerjanya.
(2) Unsur
ekstrinsik (Xe), antara lain mencakup unsur:
a) Lingkungan
keluarga
Lingkungan
keluarga yang dimaksud disini adalah sikap dan motivasi anggota suatu keluarga
di dalam memandang makna suatu pekerjaan. Interaksi dalam bentuk sosialisasi
keluarga yang intensif terhadap makna pekerjaan akan membantu setiap anggota
keluarga untuk mengoptimumkan SDM (human capital) dalam
bersaing memperoleh atau menciptakan lapangan kerja. Selain itu,
lingkungan keluarga yang kondusif akan mampu meningkatkan kinerja anggota
keluarganya.
b) Lingkungan
sosial-budaya
Lingkungan
sosial budaya, seperti tingginya aspek kedisiplinan sosial, tanggung jawab
sosial dan sistem nilai tentang pekerjaan akan mendorong seseorang untuk
terlibat aktif dalam meningkatkan kinerjanya. Termasuk di dalamnya adalah
memandang mutu SDM sebagai salah satu budaya dan sekaligus kebutuhan setiap
individu masyarakat. Produktivitas sudah dipandang sebagai produk budaya untuk
meningkatkan martabat di antara warganya.
c) Lingkungan ekonomi
Lingkungan
ekonomi antara lain dicirikan oleh pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran,
derajad kemiskinan, penguasaan aset produksi, dan pendapatan perkapita.
Misalnya pendapatan perkapita dan kemiskinan yang di bawah standar hidup layak
akan mengakibatkan peluang penduduk untuk meraih tingkat pendidikan yang tinggi
dan kesehatan yang purna menjadi semakin sulit dicapai. Kondisi ini akan
mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja yakni produktivitas di bawah
standar.
d) Lingkungan
belajar
Lingkungan
belajar dapat dilihat dari perilaku masyarakat dalam hal mengikuti pendidikan
dan pelatihan. Apakah masyarakat menyadari pembelajaran sudah
menjadi kebutuhan dirinya dalam pengembangan energi sosialnya?. Selain itu
lingkungan belajar dicirikan pula oleh ketersediaan fasilitas belajar, jumlah
dan mutu instruktur, serta metode pembelajaran. Lingkungan belajar yang semakin
baik mendorong masyarakat untuk meningkatkan kualitas belajarnya sehingga akan
meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan serta produktivitas kerjanya.
e) Lingkungan
kerja termasuk budaya kerja
Lingkungan
kerja dibatasi pada tempat dimana seseorang bekerja. Suasana kerja dicirikan
oleh aspek-aspek budaya produktif, kepemimpinan, hubungan karyawan dengan
sesama rekan dan atasan, manajemen kinerja, manajemen karir, manajemen
pendidikan dan pelatihan, dan manajemen kompensasi. Beragam aspek lingkungan
tersebut sangat mempengaruhi motivasi, kepuasan dan kinerja kerja para
karyawan.
f)Teknologi
Teknologi
yang dimaksud disini dapat berupa teknologi lunak (intangible) dan teknologi
keras (tangible). Teknologi lunak berupa metode, teknik dan prosedur kerja.
Sementara teknologi keras berupa mesin-mesin atau alat-alat
produksi. Dua perangkat teknologi ini memiliki posisi sebagai unsur bantu atau
instrumen dari suatu proses produksi agar karyawan dapat meningkatkan
produktivitasnya. Ukurannya adalah efektivitas dan efisiensi. Semakin tinggi
kualitas atau efisiensi teknologi yang digunakan maka semakin tinggi
pula produktivitas kerja karyawan. Untuk itu dibutuhkan penguasaan pengetahuan
dan keterampilan mengoperasikan dan memelihara teknologi yang dipakai.
8.Semangat
Kerja
Pengertian
Semangat Kerja
Hasley (2001) menyatakan bahwa semangat kerja atau moral kerja itu adalah sikap kesediaan perasaan yang memungkinkan seorang karyawan untuk menghasilkan kerja yang lebih banyak dan lebih tanpa menambah keletihan, yang menyebabkan karyawan dengan antusias ikut serta dalam kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha kelompok sekerjanya, dan membuat karyawan tidak mudah kena pengaruh dari luar, terutama dari orang-orang yang mendasarkan sasaran mereka itu atas tanggapan bahwa satu-satunya kepentingan pemimpin perusahaan itu terhadap dirinya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya darinya dan memberi sedikit mungkin.
Sedangkan Siswanto (2000, p.35), mendefinisikan semangat kerja sebagai keadaan psikologis seseorang. Semangat kerja dianggap sebagai keadaan psikologis yang baik bila semangat kerja tersebut menimbulkan kesenangan yang mendorong seseorang untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan.
Menurut Nitisemito (2002, p.56), definisi dari semangat kerja adalah kondisi seseorang yang menunjang dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik di dalam sebuah perusahaan.
Aspek-aspek Semangat Kerja
Aspek-aspek semangat kerja perlu untuk dipelajari karena aspek-aspek ini mengukur tinggi-rendahnya semangat kerja. Menurut Maier (1999, p.180), seseorang yang memiliki semangat kerja tinggi mempunyai alasan tersendiri untuk bekerja yaitu benar-benar menginginkannya. Hal ini mengakibatkan orang tersebut memiliki kegairahan kualitas bertahan dalam menghadapi kesulitan untuk melawan frustasi, dan untuk memiliki semangat berkelompok. Menurut Maier (1999, p.184), ada empat aspek yang menunjukkan
seseorang mempunyai semangat kerja yang tinggi, yaitu:
a. Kegairahan
Seseorang yang memiliki kegairahan dalam bekerja berarti juga memiliki motivasi dan dorongan bekerja. Motivasi tersebut akan terbentuk bila seseorang memiliki keinginan atau minat dalam mengerjakan pekerjaannya. Yang lebih dipentingkan oleh karyawan adalah seharusnya bekerja untuk organisasi bukan lebih mementingkan pada apa yang mereka dapat. Seseorang akan dikatakan memiliki semangat kerja buruk apabila lebih mementingkan
gaji daripada bekerja. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa seseorang dengan gaji yang tinggi masih juga berkeinginan untuk pindah bekerja di tempat lain. Seseorang yang benar-benar ingin bekerja, akan bekerja dengan baik meskipun tanpa pengawasan dari atasannya dan juga mereka akan bekerja bukan karena perasaan takut tetapi lebih pada dorongan dari dalam dirinya untuk kerja yang tinggi akan menganggap bekerja sebagai sesuatu hal yang menyenangkan bukan hal yang menyengsarakan.
b. Kekuatan untuk melawan frustasi
Aspek ini menunjukkan adanya kekuatan seseorang untuk selalu konstruktif walaupun sedang mengalami kegagalan yang ditemuinya dalam bekerja. Seseorang yang memiliki semangat kerja yang tinggi tentunya tidak akan memilih sikap yang pesimis apabila menemui kesulitan dalam pekerjaannya. Adanya semangat kerja yang tinggi ditimbulkan karena adanya kesempatan yang diberikan oleh perusahaan untuk mendapatkan ijin ketika menderita sakit.
c. Kualitas untuk bertahan
Aspek ini tidak langsung menyatakan seseorang yang mempunyai semangat kerja yang tinggi maka tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran di dalam pekerjaannya. Ini berarti adanya ketekunan dan keyakinan penuh dalam dirinya. Gaji ataupun insentif yang tinggi yang diberikan oleh perusahaan mampu meningkatkan semangat kerja karyawan, dan berpikir panjang jika ingin keluar dari perusahaan. Tunjangan serta fasilitas yang
diberikan oleh perusahaan mampu merangsang semangat kerja karyawan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh. Keyakinan ini menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai energi dan kepercayaan untuk memandang masa yang akan datang dengan baik, hal inilah yang meningkatkan kualitas untuk bertahan. Ketekunan mencerminkan seseorang memiliki kesungguhan dalam bekerja. Sehingga tidak menganggap bahwa bekerja bukan hanya
menghabiskan waktu saja, melainkan sesuatu yang penting.
d. Semangat kelompok
Semangat kelompok menggambarkan hubungan antar karyawan. Dengan adanya semangat kerja maka karyawan akan saling bekerja sama, tolong-menolong, dan tidak saling bersaing untuk menjatuhkan. Semangat kerja menunjukkan adanya kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain agar orang lain dapat mencapai tujuan bersama. Lingkungan kerja yang baik, menciptakan suasana kerja yang baik pula, kebersamaan diantara karyawan dengan membagi pekerjaan secara adil mampu meningkatkan semangat kerja
bagi karyawan itu sendiri
Hasley (2001) menyatakan bahwa semangat kerja atau moral kerja itu adalah sikap kesediaan perasaan yang memungkinkan seorang karyawan untuk menghasilkan kerja yang lebih banyak dan lebih tanpa menambah keletihan, yang menyebabkan karyawan dengan antusias ikut serta dalam kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha kelompok sekerjanya, dan membuat karyawan tidak mudah kena pengaruh dari luar, terutama dari orang-orang yang mendasarkan sasaran mereka itu atas tanggapan bahwa satu-satunya kepentingan pemimpin perusahaan itu terhadap dirinya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya darinya dan memberi sedikit mungkin.
Sedangkan Siswanto (2000, p.35), mendefinisikan semangat kerja sebagai keadaan psikologis seseorang. Semangat kerja dianggap sebagai keadaan psikologis yang baik bila semangat kerja tersebut menimbulkan kesenangan yang mendorong seseorang untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan.
Menurut Nitisemito (2002, p.56), definisi dari semangat kerja adalah kondisi seseorang yang menunjang dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik di dalam sebuah perusahaan.
Aspek-aspek Semangat Kerja
Aspek-aspek semangat kerja perlu untuk dipelajari karena aspek-aspek ini mengukur tinggi-rendahnya semangat kerja. Menurut Maier (1999, p.180), seseorang yang memiliki semangat kerja tinggi mempunyai alasan tersendiri untuk bekerja yaitu benar-benar menginginkannya. Hal ini mengakibatkan orang tersebut memiliki kegairahan kualitas bertahan dalam menghadapi kesulitan untuk melawan frustasi, dan untuk memiliki semangat berkelompok. Menurut Maier (1999, p.184), ada empat aspek yang menunjukkan
seseorang mempunyai semangat kerja yang tinggi, yaitu:
a. Kegairahan
Seseorang yang memiliki kegairahan dalam bekerja berarti juga memiliki motivasi dan dorongan bekerja. Motivasi tersebut akan terbentuk bila seseorang memiliki keinginan atau minat dalam mengerjakan pekerjaannya. Yang lebih dipentingkan oleh karyawan adalah seharusnya bekerja untuk organisasi bukan lebih mementingkan pada apa yang mereka dapat. Seseorang akan dikatakan memiliki semangat kerja buruk apabila lebih mementingkan
gaji daripada bekerja. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa seseorang dengan gaji yang tinggi masih juga berkeinginan untuk pindah bekerja di tempat lain. Seseorang yang benar-benar ingin bekerja, akan bekerja dengan baik meskipun tanpa pengawasan dari atasannya dan juga mereka akan bekerja bukan karena perasaan takut tetapi lebih pada dorongan dari dalam dirinya untuk kerja yang tinggi akan menganggap bekerja sebagai sesuatu hal yang menyenangkan bukan hal yang menyengsarakan.
b. Kekuatan untuk melawan frustasi
Aspek ini menunjukkan adanya kekuatan seseorang untuk selalu konstruktif walaupun sedang mengalami kegagalan yang ditemuinya dalam bekerja. Seseorang yang memiliki semangat kerja yang tinggi tentunya tidak akan memilih sikap yang pesimis apabila menemui kesulitan dalam pekerjaannya. Adanya semangat kerja yang tinggi ditimbulkan karena adanya kesempatan yang diberikan oleh perusahaan untuk mendapatkan ijin ketika menderita sakit.
c. Kualitas untuk bertahan
Aspek ini tidak langsung menyatakan seseorang yang mempunyai semangat kerja yang tinggi maka tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran di dalam pekerjaannya. Ini berarti adanya ketekunan dan keyakinan penuh dalam dirinya. Gaji ataupun insentif yang tinggi yang diberikan oleh perusahaan mampu meningkatkan semangat kerja karyawan, dan berpikir panjang jika ingin keluar dari perusahaan. Tunjangan serta fasilitas yang
diberikan oleh perusahaan mampu merangsang semangat kerja karyawan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh. Keyakinan ini menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai energi dan kepercayaan untuk memandang masa yang akan datang dengan baik, hal inilah yang meningkatkan kualitas untuk bertahan. Ketekunan mencerminkan seseorang memiliki kesungguhan dalam bekerja. Sehingga tidak menganggap bahwa bekerja bukan hanya
menghabiskan waktu saja, melainkan sesuatu yang penting.
d. Semangat kelompok
Semangat kelompok menggambarkan hubungan antar karyawan. Dengan adanya semangat kerja maka karyawan akan saling bekerja sama, tolong-menolong, dan tidak saling bersaing untuk menjatuhkan. Semangat kerja menunjukkan adanya kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain agar orang lain dapat mencapai tujuan bersama. Lingkungan kerja yang baik, menciptakan suasana kerja yang baik pula, kebersamaan diantara karyawan dengan membagi pekerjaan secara adil mampu meningkatkan semangat kerja
bagi karyawan itu sendiri
Referensi